Sabtu, 20 September 2008

Pojok Puisi

PUISI YANG TERSISA TH 1984
Oleh Sugeng Riyadi

EBTAKU
Detak-detak jantung berlalu pagi ini,
Sejuta rasa mengalir di ujung pena
Gores demi gores
Menyelimuti huruf-huruf dewasa
Matematik,
Sulitnya kayak naik bulan

TB+ HD,
Sulitnya kayak menghadapi pacar yang lagi ngambek,
Dan PMP,
Persis kayak novel
Ketika aku berpandang pada naskah bahasa inggris
AKU DAMPRAT HABIS-HABIS , kan aku bukan orang inggris ?
Barang kali saja
Ini adalah perjalanan
Direntetan usia
Yang selalu bikin berdebar-debar
Dalam lintasan jembatan nasib
ATAU AKU YANG KELEWAT BODOH ?
Padahal waktu selalu kupungut
Kadang mataku tetlalu lelap
Bermesraan dengan doktrin-doktrin sekolah
Andai ini bukan tuntutan
Lebih asyik mohon pada Tuhan
Agar kiamat dijatuhkan hari ini
Meski aku belum sempat nikah
Dan aku mengawali kenal sama Malaikat Ridwan
Biar dapat prioritas
Aku bisa masuk surga
Tanpa Ebtanas
Moker 13 April 1984


PRASASTI BUMI KETINTANG

Aku benci senyummu
Aku benci sinar matamu
Aku benci lengking tawamu
Aku benci desah suaramu
Aku membencimu
Sugeng Riyadi Nop ‘ 84

Rabu, 17 September 2008

Koleksi Ucapan Idul Fitri

Diposting Oleh: Matekur
Email: matekur@yahoo.com

Andai jemari tak smpt berjabat, andai raga tak dpt b'tatap seiring beduk yg mgema, seruan takbir yg berkumandang kuhaturkan salam menyambut hari raya idul fitri jika aku ada kata serta khilafku membekas lara mhn maaf lahir batin. SELAMAT IDUL FITRI

Mawar berseri dipagi haripancaran putihnya menyapa nuranisms dikirim pengganti diriSELAMAT IDUL FITRIMOHON MAAF LAHIR BATHINSebelum Ramadhan pergiSebelum Idul fitri datangSebelum operator sibukSebelum sms pending muluSebelum pulsa habisDari hati ngucapin MINAL AIDZIN WAL FAIDZINMOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Masih banyak lagi koleksi ucapan Lebaran, baca selengkapnya di www.matekur.blogspot.com

Sabtu, 13 September 2008

Lebaran dan Air Mata

Dipoting oleh: Matekur
Email: matekur@yahoo.com

Matahari baru saja terbit. Gema suara takbir yang bersahutan sejak tadisore semakin jelas terdengar dari corong-corong masjid. Orang-orangdengan pakaian bagus bergegas memasuki sebuah mesjid besar di salahsatu jalan di Jakarta. Kebanyakan mereka memakai busana Muslim dengankepala ditutupi kopiah. Selembar sajadah terselempang di pundak mereka.
Sebagian wanita tampak sudah memakai mukena sejak berangkat dari rumah.Sebagian lainnya berpakaian kebaya sambil menjinjing mukena dan sajadah.Anak-anak tidak lupa dibawa serta.
Meskipun sebagian besar jamaah berjalan kaki, namun tidak sedikitdiantara mereka yang datang ke masjid itu berkendaraan, baik sepedamotor maupun mobil.Kebanyakan mobil-mobil yang datang dipenuhi oleh seluruh anggotakeluarga. Perasaan gembira tampak jelas pada wajah-wajah mereka yangpenuh senyum.Maklumlah, hari ini adalah Hari Raya Idul Fitri, hari kemenangan umatIslam, setelah satu bulan lamanya mereka menjalankan ibadah Ramadhan.

Suara takbir semakin menggema. Jamaah semakin padat memenuhi ruanganmasjid yang luas itu. Sebagian mulai tampak membanjiri teras masjidkarena bagian dalam masjid sudah penuh. Sebentar saja, teras pun penuhterisi jamaah. Beberapa anak kecil memanfaatkan kesempatan itu untukmenawarkan koran bekas kepada jamaah yang baru datang. Di Jakarta, apapun bisa dijual, tak peduli di hari raya seperti ini.
Bukan hanya anak-anak penjaja koran bekas saja yang sedikit “mengganggupemandangan”(tm) pagi itu. Beberapa pengemis pun tampak berjejer didepan gerbang masjid menyambut para jamaah dengan menyodorkan baskomplastik. Beberapa diantara mereka menggendong bayi yang masih mungil.
Seorang anak laki-laki dengan wajah kusut dan pakaian yang masih kotorterlihat berdiri di depan gerbang. Sebut saja namanya Husein. Usianyasekitar tujuh tahun. Ragu-ragu ia memasuki gerbang masjid.
Ia tahu kalau hari ini adalah Hari Raya Idul Fitri, sehingga ia inginmasuk ke dalam masjid untuk ikut merayakannya dengan sholat Id. Akantetapi ia juga sadar kalau keadaan dirinya yang kusut dan tak terurusitu bisa menjadi pusat perhatian jamaah lain yang berpakaian rapi.
Husein memang mematung di depan gerbang. Beberapa rombongan jamaah yanghendak masuk ke masjid menyadarkan dirinya untuk segera menyingkir danmemberi jalan kepada mereka. Anak itu segera menepi. Diurungkan niatnyauntuk masuk ke gerbang masjid.
Kini ia sandarkan tubuhnya di pagar besi yang mengelilingi masjid. Daripagar itu ia bisa melihat bagaimana ramainya suasana halaman masjid olehpara jamaah dengan pakaian baru aneka warna. Anak-anak seusianya tampakduduk bersila di samping orang tua mereka dengan baju baru, kain sarungbaru dan peci yang juga baru. Kontras sekali dengan dirinya yang lusuholeh debu dan pakaian yang kotor.
Terbayang dalam ingatannya ketika tahun-tahun lalu ia masih bisamenikmati suasana lebaran yang penuh kebahagiaan bersama kedua orangtuanya. Pagi-pagi, ia sudah dibangunkan oleh tangan lembut ibunya.Terdengar suara takbir dari masjid dekat rumahnya. Kue-kue dan ketupattersaji di meja makan. Ia dan anak-anak seusianya tidak lupa ikut orangtua mereka sholat di masjid atau tanah lapang.Tawa canda tampak darimereka setiap kali bertemu. Mereka seolah saling memperlihatkan bajubaru yang mereka pakai.
Tapi itu dua tahun lalu, ketika kedua orang tuanya masih berada disisinya. Sebab beberapa bulan selepas kenangan manis itu, kedua orangtuanya harus bercerai.Sebagai seorang anak kecil, ia tidak mengerti mengapa kedua orang tuanyaharus bercerai, sehingga ia harus menjadi korban dari sikap egoismekedua orang tuanya.
Beberapa bulan kemudian , ia masih bisa merasakan kasih sayang ibunya ,meski tidak tahu lagi kemana ayahnya pergi. Tetapi lewat tiga bulan dariperceraian kedua orang tuanya, ibunya terpaksa kawin lagi dengan lelakilain. Parahnya, lelaki itu juga membawa ibunya pergi ke Jakarta. Konon,ayah tirinya itu punya pekerjaan di Jakarta meskipun hanya sebagaipekerja kasar.
Husein sendiri dititipkan kepada neneknya dari pihak ibu. Maklumlahsejak menikah, ayah dan ibunya memang menumpang di rumah neneknya itu.Karena itu, Husein sudah dekat dengan sang nenek meskipun tetap saja iamerasakan kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya. Kalau saja iabesar, ia ingin sekali meninggalkan neneknya dan pergi ke Jakarta untukmenyusul kedua orang tuanya.
Sebenarnya, neneknya sendiri tidak memiliki penghasilan yang memadai. Diusianya yang sudah uzur, ia terpaksa menghidupi dirinya dan cucunyadengan kerja serabutan. Kadang ia masih ikut menjadi kuli di sawah ataukerja apa saja yang bisa mendatangkan sesuap nasi bagi dirinya bersamacucunya. Husein sendiri kerap kali membantu neneknya. Ibunya yang kononikut suaminya ke Jakarta tidak kunjung kabar beritanya. Jangankanmengirimkan uang untuk mereka, mengirimkan kabar saja tidak pernah.
Sampai akhirnya derita yang harus ditanggung Husein mencapai puncaknyaketika minggu lalu sang nenek pun akhirnya pergi untuk selama-lamanya.Neneknya meninggal dunia setelah dua hari menderita sakit. Para tetanggaberusaha mencari alamat ibunya untuk mengabari perihal kematian neneknyaitu. Tetapi tak satu pun yang tahu dimana alamat ibu Husein berada.Akhirnya jenazah sang nenek terpaksa dimakamkan tanpa kehadiran anakperempuan satu-satunya itu.
Selepas neneknya meninggal, beberapa saudara jauh dari neneknya mencobamerayu Husein agar mau tinggal di rumah mereka. Akan tetapi Huseintampaknya tidak bisamenerima kebaikan hati mereka. Mungkin ia merasa kurang mengenal mereka.Maklumlah mereka memang saudara jauh yang jarang datang ke rumahneneknya.
Akhirnya, satu hari setelah kematian neneknya, Husein nekad pergimeninggalkan kampung halamannya. Dengan bekal seadanya, ia pergi keJakarta untuk mencari ibunya. Ia sendiri tidak pernah membayangkanseperti apa sesungguhnya kota Jakarta. Ia memang pernah melihatnya,tetapi hanya lewat sinetron di televisi.
Husein pergi ke Jakarta dengan menumpang beberapa kendaraan. Darikampungnya di sebuah desa di Jawa Barat, ia menumpang mobil bak terbukayang kembali ke kota Kabupaten setelah mengantarkan barang-barangdagangan seorang pemilik toko.
Beruntung sang sopir mau mengantarkannya sampai ke terminal. Dariterminal ia menumpang bus jurusan Jakarta dengan gratis karena kebaikansang kondektur yang kasihan melihat Husein. Apalagi, seminggu menjelangIdul Fitri seperti ini, bus yang ditumpanginya justru kosong jika menujuJakarta.
Sampai di Kampung Rambutan, Husein langsung bertanya ke sana kemarimenanyakan orang-orang yang ditemuinya.Ia mengira mencari orang di Jakarta sama mudahnya seperti mencari orangdi kampungnya. Ternyata, semua orang yang ditanyainya malah memarahikebodohannya yang mencari orang tuanya tanpa kejelasan alamat sedikitpun.
Husein tidak mau menyerah. Ia merasa sudah terlanjur sampai di Jakarta.Pantang baginya kembali ke kampung halamannya. Apalagi ia merasa sudahtidak ada lagi saudaranya di kampung halamannya. Untuk apa kembali lagi?Sementara di ibukota ini, ia masih memiliki peluang untuk menemukanibunya, meskipun ia tidak tahu sampai kapan cita-citanya itu bisaterwujud.
Untuk mengganjal perutnya, ia berusaha mengamen dari satu bus ke buslainnya tanpa menggunakan alat musik apa pun. Ia mengamen hanyabermodalkan suara dan tepuk tangannya saja. Jika malam menjelang, iamencari tempat tidur di pinggir-pinggir toko atau terminal. Beruntung iabelum pernah dijahili oleh para preman.Dan pada hari kelima kedatangannya di Jakarta, Idul Fitri pun tiba.
Suara orang ramai keluar dari masjid menyadarkan lamunan Husein.Anak-anak seusianya berlarian dengan baju baru. Sebagian lainnyabergandengan tangan dengan ibu bapaknya. Tiba-tiba Husein kembaliteringat ibu bapaknya. Wajah neneknya juga berkelebat di benaknya. Tanpadisadari, setetes air hangat terbit di sudut kelopak matanya. Iabenar-benar merindukan orang-orang yang dicintainya itu.
Ternyata, tanpa ia sadari, sepasang suami isteri yang mobilnya harusantri keluar dari gerbang masjid, memperhatikan tingkah lakunya. Merekatrenyuh menyaksikan seorang anak yang berwajah polos dengan penampilankusut tampak melamun menerawang denga air mata yang tak mampu ditahan.Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana jika nasib serupa menimpaanak-anak mereka, meskipun sampai saat ini mereka belum juga dikaruniaiseorang anak.
Suasana gerbang masjid yang semrawut membuat mobil pasangan yang sudahtujuh tahun belum dikaruniai anak ini tidak bisa bergerak. Entah apayang menggerakkan hati wanita itu, ketika tiba-tiba ia membuka pintumobil. Sejenak ia menatap wajah suaminya. Mata sang suami tampak memberiisyarat kalau ia menyetujui tindakan isterinya.
Sang isteri bergegas menghampiri Husein yang hendak bersiap pergimeninggalkan tempat itu. Sedikit gugup dan agak kesulitan untuk memulaimenyapa Husein, perempuan yang sudah lama merindukan hadirnya seoranganak dalam rumah tangganya itu, akhirnya memberanikan diri menurutinaluri rasa sayangnya menyapa Husein.
“Ibumu dimana?” tanya perempuan itu. Husein terkejut bukan kepalang. Iatidak mengira kalau perempuan itu ternyata menyapanya. Padahal, ia belumsempat menyekaair matanya.
Husein tidak mampu menjawab pertanyaan lembut itu. Ia seolah menemukankelembutan seorang ibu yang begitu lama dirindukannya. Ia hanya mampumenggeleng karena air matanya semakin deras mengucur di pipi.
“Dimana ibumu?” tanya wanita itu lagi.
Husein berusaha keras melawan perasaannya, tetapi ia tidak mampu.Berkali-kali ia mencoba mengusap air matanya, tetapi air bening ituseolah tumpah begitu saja, tak mampu dibendungnya.
Perempuan itu tampaknya semakin penasaran sekaligus merasa kasihankepada Husein. Ia segera membungkuk, lalu duduk berjongkok agar bisalebih dekat lagi dengan anak malang itu. Diberanikan dirinya untukmenyentuh kepala Husein. Lalu ia mengusapnya perlahan-lahan.
“Siapa namamu?” tanya wanita itu sambil menatap wajah Husein. Wanita itumelihat kepolosan di mata anak itu, juga duka yang begitu dalam.Tampaknya ia bisa membaca kepedihan dan duka Husein.
Mendapat perlakuan penuh kasih seperti itu, Husein semakin haru. Iatidak habis pikir. Betapa tidak, hampir satu minggu ia menjelajahibukota mencari ibunya, tetapi tak ada satu orang pun yang bersikap baikpadanya, apalagi menunjukkan perhatian yang begitu besar seperti wanitaini.
Sambil mengusap air matanya, ia mencoba memandang wanita itu. Wanita itumasih memandangnya dengan tatapan penuh kasih seorang ibu. Aneh,tiba-tiba perasaan haru yang besar merayap di hati Husein. Ia seolahmerasakan kembali tatapan dan kasih sayang ibunya yang sudah lama tidakdirasakannya. Tanpa sadar, ia memeluk wanita itu, seolah memeluk ibunyasendiri yang begitu lama tidak pernah mendekapnya. Air mata pun semakinderas mengalir dari pipinya membasahi busana Muslimah wanita itu.
Wanita itu segera menyambutnya. Ia mengelus punggung anak malang itu.Tanpa terasa, air matanya ikut menitik dan jatuh di pipinya. Ia bisamerasakan kesedihan dan kerinduan seorang anak yang mendambakankehangatan orang tuanya. Perlahan ia lepaskan pelukannya dan dipegangnyapundak Husein dengan lembut.
“Kamu tinggal dimana?” tanya wanita itu penuh harap.Matanya benar-benar menyelidik, berharap Husein segera menjawabnya.
, saya tidak punya rumah di sini. Saya mencari ibu. Katanya ibu keJakarta,”jawab Husein.“Dimana tinggalnya?” tanya wanita itu lagi.
Husein menggeleng, tetapi kemudia ia berucap, “Sudah hampir setahun ibupergi. Saya tidak tahu kemana. Kata nenek, ibu dibawa bapak tiri saya keJakarta. Jadi saya pergi ke Jakarta. “Dimana nenekmu?” tanya wanita itu.
“Nenek meninggal satu minggu yang lalu di kampung. Saya, saya tinggalsendiri. Bapak sudah lama pergi. Bapak kawin lagi. Saya tidak tahudimana,” cerita Husein.
Mendengar pengakuan polos Husein, wanita itu semakin terharu. Nalurikeibuannya yang lembut membuatnya tak mampu menahan tetesan air beningyang perlahan merambat di pipinya. Suaminya yang sejak tadi menunggu dimobil yang sudah menepi, akhirnya turun juga. Ia bisa melihat keharuandi mata isterinya, didekatinya isterinya sambil berjongkok memandangHusein.
“Maukah kamu menganggap saya ibumu?” tanya wanita itu.Husein tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya mampu memandang sebentarsepasang suami isteri yang menatapnya penuh haru dan kasih. Iamembayangkan, betapa bahagianya jika dua orang di depannya itu adalahayah dan ibunya, dua orang yang begitu dirindukannya.
“Maukah engkau tinggal bersama kami? Anggaplah kami orang tuamu,” ujarwanita itu dengan suara sedikit bergetar. Husein semakin terharu.Perlahan ia tegakkankepalanya yang sejak tadi lebih banyak tertunduk. Mata polosnya menatapsepasang suami isteri di depannya dengan penuh tanya.
“Ikutlah dengan kami,” tiba-tiba suami perempuan itu ikut bicara. Iamemegang bahu Husein. Lagi-lagi Husein tidak mampu menahan harunya. Iarebahkan wajahnya dibahu lelaki itu. Air matanya belum juga reda. Isteri lelaki itu kembalimengusap kepala Husein.Jangan takut, Nak. Meskipun orang tuamu belum engkau temukan, kamibersedia menjadi pengganti mereka. Jadilah anak angkat kami,” bujukisterinya lagi.
Suami wanita itu mengangkat kepala Husein dan kembali memandangnyadengan penuh rasa sayang. Sorot matanya menunjukkan betapa iabenar-benar ingin mengajak Husein menjadi bagian dari keluarganya.
“Ikutlah dengan kami. Jadilah anak angkat kami,” ucap lelaki itu sambilmemegang tangan kanan Husein. Isterinya pun segera berdiri dan memegangtangan kiri Husein.Tanpa bisa menolak lagi, Husein pun mengikuti kedua pasangan suamiisteri itu menuju mobil mereka. Begitu mobil dibuka, Husein berhentisebentar. Ia ragu-ragu.“Tak apa. Masuklah! Anggaplah kami orang tuamu!” ujar si suami. SetelahHusein masuk, mobil pun segera pergi diikuti tatapan jamaah lain yangtampak keheranan.
Sejak saat itu, Husein tinggal di rumah pasangan suami isteri tadi. Iadianggap anak oleh mereka. Tapi, Husein tetap tidak menyerah. Ia terusberusaha menemukan kedua orang tuanya meskipun sampai hari ini, setelahsatu tahun kedatangannya di ibukota, usahanya tetap sia-sia.
Husein hanyalah salah satu contoh dari anak-anak yatim yang masihberuntung karena masih ada orang yang mau mengasihinya. Masih banyakanak-anak kita yang berkeliaran di jalan-jalan tanpa seorang pun yangpeduli apalagi melindungi dan mengasihi mereka. Semoga di hari yangfitri nanti kita bisa berbagi kebahagiaan kepada mereka yang kurangberuntung, terutama anak-anak yatim di sekitar kita.
Amiin.

Jumat, 12 September 2008

Mutiara Romadhan 1429 H

Diposting oleh: Matekur
Email: matekur@yahoo.com


Topik: Pengemis Buta Dan Rasulullah SAW

Renungan di bulan Ramadhan…..bacalah………!!!
Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya. Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat. Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu,Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan? Aisyah RA menjawab,Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja. Apakah Itu?, tanya Abubakar RA. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana, kata Aisyah RA.. Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, sipengemis marah sambil menghardik, Siapakah kamu? Abubakar RA menjawab,Aku orang yang biasa (mendatangi engkau). Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku, bantah si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku, pengemis itu melanjutkan perkataannya. Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim. Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW? Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau? Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlaq. Kalaupun tidak bisa kita meneladani beliau seratus persen, alangkah baiknya kita berusaha meneladani sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang kita sanggup melakukannya. Sebarkanlah riwayat ini ke sebanyak orang apabila kamu mencintai Rasulullahmu. .. Sadaqah Jariah salah satu dari nya mudah dilakukan, pahalanya? MasyaAllah.. ..macam meter taxi...jalan terus. Sadaqah Jariah - Kebajikan yang tak berakhir. 1. Berikan al-Quran pada seseorang, dan setiap dibaca, Anda mendapatkan hasanah. 2. Sumbangkan kursi roda ke RS dan setiap orang sakit menggunakannya, Anda dapat hasanah. 4. Bantu pendidikan seorang anak. 5. Ajarkan seseorang sebuah do'a. Pada setiap bacaan do'a itu, Anda dapat hasanah. 6. Bagi CD Quran atau Do'a. 7. Terlibat dalam pembangunan sebuah mesjid. 8. Tempatkan pendingin air di tempat umum. 9. Tanam sebuah pohon. Setiap seseorang atau binatang berlindung dibawahnya, Anda dapat hasanah. Aminnnnnn...

Pojok Pranotocoro 2

Diasuh Oleh Ani Wahyu Indarasati
email: ani_wi@ymail.com

Sugeng Rawuh, Bapa
(disampaikan pada saat pisah kenang Kepala Sekolah)
Sugeng Rawuh, Bapa,
Nalika ing bang wetan katon teja maya,
nDak anti rawuhmu kanthi pangarep bagya,
Minagkani pandeganing baito iki,
Bakal ngripta adi karya nebar amrik ganda wangi

Sugeng Rawuh, Bapa
Aja dadi cuwaning galih,
Menawa nemahi reridu lan rubeda,
Kang wigati bisa gilig nyawiji,
Mula ndak suwun, pijer ulungna astanmu,
Kita tansah gegandhengan rewang-rinewang,
Lumaku bebarengan mapagi dalan padhang.

Sugeng Rawuh, Bapa
Muga bisa memayu hayu hangayemi,
Mring mitra sesami,
Ndyan terkadang katon rob segarane,
Lan pancaroba mangsane.

Jumat, 29 Agustus 2008

Pojok Pranotocoro

Oleh Ani Wahyu Indarasati
email: ani_wi@ymail.com


SUGENG TINDAK BAPA

(disampaikan pada saat pisah kenang Kepala Sekolah)


Yogene ora langgeng mangkene,
Segara lan angin kang nguntapake
baita kita,
Nalika warta tindak panjenengan,
NDak tampa tanpa panyangka.

Tindakmu pancen sumedhot ing pangrasa,
Senadyan ora adoh saka pandhulu,
Nanging tansah nuwuhake rasa kapang ing dada,
Mula ndak suwun, aja ana tumetesing waspa.

Sugeng tindak bapa,
Paringmu sesanthi bakal ndak rukti permadi,
“Makarya bebarengan lan bebarengan makarya”
Tansah manjing lestari widada.

Paringo agunging pangaksama, Bapa...
Dina iki aku ora bisa atur pisungsun apa-apa,
Ya mung, maewu puja pudyastuti rahayu,
Winengku sakabehing suka lan bagya,

Sugeng tindak, Bapa...
Tansah mesema sing sumringah,
Kareben dina-dina kang bakal katiti,
Katon tansah endah.

Kamis, 14 Agustus 2008

Menelusuri Akar Masalah Teks dan Mata Pelajaran Sejarah

Oleh : Drs. Yani Santoso
email: yanisantoso@ymail.com

Peminat Sejarah dan Guru SD Setia Budhi Gresik
Jumat, 15 Agustus 2008

Lahirnya tulisan ini merupakan keinginan penulis untuk silaturahmi dan saling mengisi informasi melalui tulisan dan menjadikan Forum Komunikasi Alumni Sejarah 1984,benar – benar sebagai wahana informasi komunikasi dan dedikasi mengingat anggota forum komunikasi ini sebagian besar anggotanya adalah guru sejarah bahkan ada pula yang dosen sejarah .Agar setiap anggota bisa berdiskusi lewat dunia maya tentang hal-hal yang tidak diketahui dalam mata pelajaran sejarah yang sekarang ini banyak menjadi perdebatan .
Perdebatan – perdebatan seputar masalah – masalah buku teks sejarah , kurikulum maupun materi esensial sejarah khususnya seputar G 30 S / PKI ( G 30 S ) sering menghiasi halaman media massa maupun buku – buku terbitan baru yang memuat pandangan masing – masing sejarawan .
Perbedaan pandangan di kalangan sejarawan Indonesia bukanlah sesuatu yang harus diributkan melainkan merupakan kekayaan yang akan sangat berharga bagi kemajuan historiografi Indonesia jika perbedaan itu mampu dikelola dengan jujur berdasarkan sikap saling menghargai , kaedah yang berlaku umum secara ilmiah , dan bebas dari ambisi politis .
Herbert Butterfield dalam buku The Whig Interpretation of History mencoba memberi batasan penilaian yang bisa diberikan oleh sejarawan . Dia mencatat , lepas dari kesalahan penafsiran , sejarawan bertugas untuk memberi argumentasi yang lebih kepada upaya kritik dan moralitas serta menjauhi hasrat untuk menghakimi .
Jika sejarah obyektif adalah peristiwa ( moment ) itu sendiri , maka sejarah subyektif berdekatan dengan penafsir ( interpreter ) yang memberi makna bagi historiografi ( penulisan sejarah ) .
Dalam memahami suatu perbedaan ,cara berpikir seorang sejarawan tentunya sangat berbeda dengan masyarakat umum maupun siswa . Jika seorang sejarawan menanggapi suatu perbedaan merupakan suatu kekayaan maka seorang masyarakat maupun siswa lebih cenderung menanggapi dengan kebingungan bahkan menghakimi tanpa didukung sumber – sumber akurat .
Sejak reformasi 1998 yang ditandai berhentinya Soeharto menjadi Presiden dan merosotnya kekuatan orde baru , muncul gugatan terhadap teks sejarah orde baru . Banyak buku beredar isinya bertentangan dengan versi pemerintah yang selama masa 1965 – 1998 tidak ada tulisan tentang masalah kontroversial ditulis karena berbagai alasan kecuali percaya kepada buku versi orde baru . Akhirnya para guru mengeluhkan sikap siswanya yang menganggap pelajaran sejarah sebagai pelajaran membingungkan . Buku sejarah mengatakan A (tentang sebuah peristiwa ) tetapi media massa justru menyatakan B .
Kenyataan ini disebabkan penulisan sejarah pada masa Soeharto atau kerap disebut rezim orde baru (orba ) dilihat selalu dekat dengan penguasa . Penonjolan peran militer dan pengultusan personal sebagai orang yang paling berjasa bagi negara memenuhi buku – buku sejarah dengan label “ Sejarah Nasional “ .
Dalam masa orba , yang paling bertanggung jawab terhadap penulisan Sejarah Nasional adalah sejarawan akademis . Setiap penulisan sejarah selalu didominasi sejarawan akademis yang terpayungi otoritas keilmiahan sampai kenegaraan .
Hal ini bisa dibuktikan dengan menelusuri proses kelahiran buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI ) 6 jilid yang sering disebut buku “ Babon “ . SNI yang diterbitkan tahun 1975 ditengarai banyak sejarawan dibuat sedemikian rupa untuk kepentingan penguasa . Apalagi adanya istilah buku “ Babon “ atau “ Pedoman “ semakin mengukuhkan peran pemerintah . Istilah “ Babon “ atau “ Pedoman “ adalah kewenangan pemerintah yang dapat mengeluarkan kebijakan untuk menetapkan buku mana yang pantas dijadikan acuan bukan sejarawan atau para penulisnya . Terbukti , tanggal 18 maret 1976 Presiden Soeharto menerima dengan resmi 6 jilid buku SNI . Presiden memerintahkan agar buku tersebut di pergunakan di sekolah – sekolah . Buku SNI itu akan dipakai sebagai “ Buku pelajaran diperguruan sekaligus bahan acuan penulisan buku sejarah tingkat sekolah dasar sampai lanjutan tingkat atas ". Berdasarkan SNI itu Nugroho Notosusanto (bersama Yusmar Basri,dari Pusat Sejarah ABRI ) menyunting buku Sejarah Nasional Indonesia , untuk SMP dan SMA.Buku itu diterbitkan oleh Depdikbud bekerjasama dengan Balai Pustaka . Masing – masing tingkatan dibuat menjadi tiga jilid . Dengan rincian jilid pertama untuk kelas I memuat pelajaran sejarah Indonesia jaman pra sejarah dan jaman kuno . Jilid kedua untuk kelas II memuat pelajaran sejarah Indonesia abad ke – 16 sampai abad ke – 19 . Sedangkan jilid ketiga untuk kelas III memuat pelajaran sejarah Indonesia jaman kontemporer .
Sejak awal buku SNI menuai banyak konflik dan kritik . Konflik sudah dimulai dalam lingkungan tim penyusun sejarah ini . Deliar Noer , anggota jilid V , yang ditugasi menulis “ Sejarah Pergerakan Islam , 1900 – 1945 “ , suatu hari dipanggil oleh Nugroho Notosusanto dan diminta mengundurkan diri . Materi sejarah yang ditulis Deliar tidak dimuat sama sekali dalam SNI . Mundurnya Deliar ,kemudian diikuti seluruh temannya pada jilid V , yakni Abdurrahman Surjomiharjo , Thee Kian Wie dan Taufik Abdullah . Taufik Abdullah pun menyatakan buku SNI mengecewakan beberapa penulisnya . Penanggung jawabnya mencetak naskah – naskah yang belum rampung dan belum dikoreksi , tanpa sepengetahuan para penulisnya . Terakhir , “ mundur “ Sartono Kartodirjo , yang keberatan dilibatkan sebagai penanggung jawab materi buku tersebut , terutama SNI jilid VI . Sejak edisi awal sampai edisi ketiga (1982) , nama Sartono memang dicantumkan dalam sampul depan bersama dengan Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto . Belakangan dalam edisi keempat ( 1984 ) ,nama Sartono sudah dihapus .
Diantara keenam jilid buku SNI , buku SNI jilid VI yang paling banyak mendapat kritik dan yang bertindak selaku ketua editor adalah Nugroho Notosusanto . Dari seluruh buku yang dijadikan acuan , buku karya Nugroho sendiri yang paling banyak dipakai , yaitu 17 buku . Tercatat pula 14 artikel Nugroho yang dijadikan referensi penulisan buku ini . Sedangkan artikel dari penulis lainnya tak ada yang melebihi tiga . Walaupun secara ilmiah hal itu tidak salah , tetapi mengesankan bahwa sang penulis lebih banyak menjabarkan pendapatnya sendiri daripada melakukan kajian sejarah yang baru secara utuh .
Dilihat dari penulisannya dan permasalahan – permasalahan yang diajukan , Nugroho menganggap sejarah sebagai suatu cermin masa depan dan bukan menganggap sejarah semata-mata suatu gambaran masa lampau . Dalam penulisan sejarah di Indonesia dikenal tiga jenis atau genre yaitu Sejarah Ideologis , Sejarah Pewarisan dan Sejarah Akademik . Nugroho lebih cenderung ke Sejarah Ideologis seperti Yamin dan Roeslan Abdulgani . Titik tolak yang paling penting dalam jenis sejarah macam ini adalah pencarian arti subyektif dari peristiwa sejarah . Masa lampau dipelajari bukan demi pengetahuan mengenai masa lampau tetapi demi lambang yang bisa digunakan untuk masa kini . Sikap ini jelas tampak dalam karya biografi Yamin dan tulisan – tulisan mengenai sejarah kuno Indonesia . Yamin menggunakan para pahlawan masa lampau sebagai personifikasi bagi “ manusia Indonesia “ yang ideal. Tulisannya mengenai sejarah kuno Indonesia jelas menyarankan agar keagungan yang dilukiskannya itu hendaknya menjadi model sebagai masa depan bagi suatu Indonesia yang baru dan bersatu . Karya – karya Roeslan Abdulgani tidak banyak berbeda dengan karya – karya Yamin . Walaupun lebih halus dalam pembeberan sejarah Indonesia dan lebih banyak menekankan pada priode pergerakan nasional serta perjuangan kemerdekaan . Abdulgani juga berusaha menjelaskan arti simbolik dari pengalaman sejarah . Baginya sejarah merupakan guru yang paling baik yang bisa mengajarkan cara menghindari kesalahan – kesalahan masa lampau dan menikmati keagungan – keagungan masa lampau . Sikap yang sama terdapat dalam tulisan – tulisan Nugroho Notosusanto . Dalam tulisannya yang teoritis ia menolak kemungkinan mencapai obyektifitas sejarah . Ia menekankan nilai edukatif dari sejarah .
SNI jilid VI juga terkontaminasi dengan kehendak politik saat itu yaitu mengangkat kehebatan Soeharto dan memojokkan Soekarno . Selain itu SNI jilid VI banyak dijumpai berbagai propaganda pemerintah Orde Baru .
Dari sudut ilmiah agaknya buku ini akan sulit dipertahankan . “Masalah pokok jilid VI ini adalah ketidakjelasan kerangka acuannya ( frame of work ) ,” kata sejarawan Taufik Abdullah .
Kritik paling tajam datang dari BM Diah di Harian Merdeka 8 april 1976 dan tulisan yang sama dimuat bersambung pada Harian Merdeka 18 – 20 september 1985 . Tulisan ini kemudian dibukukan BM Diah , Meluruskan Sejarah , Kumpulan Karangan , Jakarta : Pustaka Merdeka,1987 .
Perdebatan disekitar pelurusan sejarah hampir seluruhnya hanya berputar disekitar penzaliman yang dilakukan oleh Orde Baru . Dalam konteks sejarah kritis , pelurusan sejarah tidak bisa hanya dilihat secara parsial dan sekedar mengambil salah satu episode dari masa lalu itu untuk melegitimasi eksistensi sesuatu dan untuk menyatakan kebenaran historis .
Bagi sejarawan maupun guru sebagai pembelajar sejarah perlu mensikapi dengan prinsip – prinsip sejarah kritis dalam menghadapi menjamurnya karya – karya yang berhubungan dengan peristiwa G 30 S /PKI ( G 30 S ) . Ada bukti kuat atas terbitnya karya – karya itu hanya tinggal menunggu waktu untuk juga terjebak dalam kesalahan yang sama seperti karya – karya sebelumnya , jika prinsip – prinsip sejarah kritis tidak diterapkan . Bahkan beberapa karya yang ada telah terlibat secara emosional terhadap para korban , sehingga historiografi yang dihasilkan bergerak dari historiografi kritis ke historiografi simpati,dan kemudian ke historiografi empati .
Bagaimanapun juga sejarah adalah soal sudut pandang . Topik yang dibicarakan sebenarnya adalah masalah saat sejarah sebagai persoalan akademis dipindah kemateri pelajaran untuk pendidikan dalam arti subyektif bangsa . tidak seperti pelajaran lain , sejarah tidak hanya memiliki ranah pengetahuan , tetapi juga makna subyektif berbangsa . Artinya ,selain sebagai ilmu yang bekerja secara kritis , sejarah juga bermuatan makna yang dipegang dan nilai yang dianut suatu masyarakat pemilik sejarah itu .Pelajaran Sejarah merupakan sarana untuk memperkenalkan jati diri bangsa , sekaligus menanamkan semangat nasionalisme bagi siswa .
Sebagai rambu – rambu , guru sebagai pembelajar sejarah harus memahami perbedaan pendekatan pada tiap – tiap tingkatan . Untuk SD , sejarah dapat dibicarakan dengan pendekatan estetis .Artinya , sejarah ,diberikan semata – mata untuk menanamkan rasa cinta kepada perjuangan , pahlawan , tanah air , dan bangsa . Untuk SMP , sejarah hendaknya diberikan dengan pendekatan etis . Kepada siswa harus ditanamkan pengertian bahwa mereka hidup bersama orang , masyarakat dan kebudayaan lain ,baik yang dulu maupun yang sekarang. Oleh karena wajib belajar sampai sembilan tahun , jadi meliputi SD dan SMP , diharapkan mereka yang sudah lulus SMP , selain mencintai perjuangan , pahlawan , tanah air dan bangsa , mereka juga tidak canggung dalam pergaulan masyarakat yang semakin majemuk . Kepada anak – anak SMA yang sudah mulai bernalar itu , sejarah harus diberikan secara kritis . Mereka sudah diharapkan sudah bisa berpikir mengapa sesuatu terjadi , apa sebenarnya yang telah terjadi , dan kemana arah kejadian – kejadian itu .
Kemampuan kritis dituntut bagi pembelajar sejarah di tingkat SMA . Sebab tidak ada sejarah tanpa pertanyaan atau permasalahan . Analisis terhadap persamaan dan perbedaan fakta dalam rekonstruksi dan memahami sejarah suatu keharusan akademis . Salah satu pertanyaan itu adalah “ di mana letak perbedaan pendapat yang satu dibanding yang lain “.
Namun , prasyarat untuk melakukan perbandingan perlu dipenuhi . Guru harus memahami peta perbedaan pendapat , guru harus banyak membaca buku – buku atau karya – karya sejarah yang banyak beredar sekarang ini . Hal ini tentu sulit untuk dipenui setiap guru sebagai pembelajar sejarah di saat kesejahteraan guru masih terabaikan . Misalnya ,untuk mengetahui berbagai pendapat tentang G 30 S/PKI ( G 30 S ) , guru harus mempunyai banyak literatur selain versi pemerintah ( SNI jilid VI ) agar guru bisa menjawab berbagai pertanyaan siswa yang kritis untuk memenuhi rasa ingin tahunya kadang juga untuk menguji kemampuan guru .Seringkali pertanyaan itu didapat siswa karena pergaulan siswa dengan elemen masyarakat kritis .
Hingga kini tragedi G 30 S / PKI ( G30 S ) masih gelap meski sudah coba “diungkap “ dalam puluhan buku dan ratusan artikel ilmuwan , politisi dan wartawan barat . Tentang dalang , para penulis umumnya terpecah dalam empat kelompok besar , masing – masing dengan argumentasinya sendiri .
Kelompok pertama meyakini , Partai Komunis Indonesia ada dibelakang G 30S . Seperti termuat dalam SNI jilid VI .
Kelompok kedua meyakini , G 30 S adalah “karya ulung” Soeharto dengan CIA .Seperti yang ditulis Peter Dale Scott dengan judul Te United States and the Overthrow of Soekarno , 1965 – 1967 yang dimuat di Pasific Affairs ( 1985 ).
Kelompok ketiga meyakini , Presiden Soekarno adalah dalangnya , seperti yang ditulis Anthonie CA Dake dengan judul buku Sukarno File , berkas – berkas Sukarno 1965 – 1967 ,kronologi suatu keruntuhan .
Kelompok keempat berpendapat , G 30 S sepenuhnya masalah internal angkatan darat , seperti yang ditulis tiga akademisi Amerika Serikat : Ben Anderson , Ruth Mc Vey, dan Frederick Bunnel yang berjudul Cornell Paper . terbitan yang berjudul asli A Preliminary Analysis of the October 1, 1965 Coup in Indonesia .
Versi mana yang mendekati kenyataan , masih diperlukan puluhan tahun lagi . Bahkan Peristiwa G 30 S masih diliputi misteri yang belum terungkap .
Sekarang , keinginan masyarakat khususnya guru dan siswa untuk mendapatkan Buku Sejarah Indonesia yang lengkap dan terpercaya rupanya amat besar .Sejak terbitnya Buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid I-VI ,hingga kini belum ada lagi penulisan Sejarah Indonesia . Setelah 30 tahun ,dari penulisan dan penelitian Sejarah Indonesia ( SI ) baik tesis maupun disertasi telah banyak hal baru yang ditemukan . Dengan demikian penulisan Sejarah Indonesia yang komprehensif (comprehensif study of history ) yang baru sudah menjadi tuntutan jaman .
Gagasan untuk merancang penulisan Sejarah Indonesia mulai dilakukan tahun 2002 . Tim penulis para sejarawan dan sejumlah pakar ilmu sosial – politik lain mulai bekerja sejak tahun 2003 dan diharapkan selesai tahun 2006 .
Penulisan buku Sejarah Indonesia yang direncanakan terdiri dari delapan jilid dari masa Prasejarah sampai masa Reformasi . Tim penulisnya dibagi atas (a) editor umum,yaitu Prof Dr Taufik Abdullah dan Prof Dr AB Lapian ; (b) editor jilid berjumlah 16 orang (tiap jilid terdiri terdiri dari dua editor jilid ) ; dan (c) penulis berjumlah sekitar 70 orang .mereka umumnya dari perguruan tinggi , berasal dari Banda Aceh sampai Jayapura .
Setiap nama penulis akan dicantumkan pada setiap bab yang ditulisnya .Dengan kata lain , tanggung jawab penuh berada pada dirinya sendiri .Editor jilid dan editor umum bertugas untuk menyerasikan isi yang mungkin akan bertumpang tindih .Hak cipta berada pada penulis yang bersangkutan .
Pemaparannya bersifat ensiklopedis tanpa teleologi yang menjurus ke satu tujuan .Yang penting adalah mengisi khazanah sejarah kita dengan segi – segi yang cenderung terlupakan .Pemerintah hanya memberikan fasilitas ,tetapi kerangkanya juga dibuat oleh para sejarawan .Dalam hal ini pemerintah tidak ikut campur tangan dalam penentuan isi . Isinya mencakup sejarah olah raga , sejarah ilmu pengetahuan ,sejarah arsitektur,sejarah perikanan ,sejarah tenaga kerja ,sejarah penyelengaraan haji ,sejarah seni lukis ,dan sebagainya .Penulisannya tidak hanya berfokus pada pada sejarah di Jawa dan Sumatera juga dari sudut teori dan metodologi penulisan penulisan sejarah yang semakin dinamis .
Taufik Abdullah ,editor umum SI , berulang kali menegaskan bahwa buku SI benar – benar merupakan buku baru dan meminta agar jangan menganggapnya sebagai pengganti buku SNI . Kedua buku ini berbeda dan tidak ada kaitannya .SI bukan revisi dari buku sejarah yang pernah ada .Buku SNI biar jadi sumber sekunder , bahan bacaan ,dan punya hak hidup sendiri . Buku SI lebih menekankan pada kelengkapannya dan lebih bersifat ensiklopedis,sebuah studi komprehensif tentang sejarah Indonesia .
Banyak fihak berharap sejarah akan kembali menjadi milik masyarakat ,bukan negara ,dan bukan sebagai hegemoni penguasa ,tetapi sebagai jati diri personal , masyarakat lebih – lebih sebuah bangsa .Sehingga cukup diperlukan Sejarah Indonesia .Dan pada akhirnya historiografi Indonesia menjadi benar – benar bermanfaat dan menjadi media pencerahan bagi masyarakat di kekiniannya yang akan segera menjadi masa lalu itu sekaligus untuk mengantar mereka melangkah ke masa depan yang lebih cerah .

Pak Sumantri

PAK SUMANTRI
Oleh :Drs.Yani Santoso
email: yanisantoso@ymail.com


Cerpen ini pernah dimuat di majalah Media Bulan Mei 2005

Sudah bertahun – tahun kebiasaan seperti ini dilakukan Pak Sumantri.Berdiri dekat tiang besar terbuat dari tembok di teras depan sekolah .Matanya menatap setiap murid yang datang dan membalas anggukan kepala dari pengantar yang menghormatinya. Murid – muridpun menghampiri dan mencium tangannya .
Begitu bel tanda masuk berbunyi , Pak Sumantri bergegas masuk ruang guru untuk mengambil tas dan menuju lantai 3 dengan langkah tidak seringan dulu , waktu awal – awal mengajar di sekolah ini 25 tahun yang lalu . Pak Sumantri masuk kelas 6 berdiri di posisi tengah kelas dan disambut doa pembuka serta penghormatan murid.Saat-saat seperti ini dirinya merasa diperlakukan seperti manusia terhormat dan sepertinya murid-muridnya berharap harta tak ternilai berupa ilmu pengetahuan dari Pak Sumantri . Harta yang bisa merubah status soaial ekonomi manusia tetapi tidak merubah status ekonomi Pak Sumantri .Status sosial Pak Sumantri memang terpandang tetapi status ekonominya sampai sekarang belum menunjukkan kemajuan .
Dua puluh lima tahun sudah karier sebagai guru sekolah dasar swasta di jalaninya. Cita-citanya sebagai guru negeri tidak pernah kesampaian bukan karena Pak Sumantri tidak cakap tetapi Pak Sumantri korban dari jaman yang penuh permainan uang dan kekerabatan .Saat jaman berubah usia Pak Sumantri sudah tidak memenuhi syarat untuk menjadi guru negeri . Pak Sumantri tetap Pak Sumantri guru kurus , pintar yang selalu ikhlas mengajar .Sudah banyak murid terbuka jalan hidupnya .Berbagai profesi sudah disandang muridnya .Kesuksesan materi banyak yang direngkuh muridnya .Pak Sumantri tetap Pak Sumantri guru yang selalu membanggakan muridnya yang berhasil dan akan meneteskan air mata bila muridnya hidupnya susah.
Sekarang usia Pak Sumantri mencapai 52 tahun tetapi penampilannya sudah lebih tua dari usianya .Diraut wajahnya nampak guratan – guratan ketuaan seakan menanggung beban hidup yang amat berat .Di tengah kondisi ekonomi yang sulit ,Pak Sumantri bekerja sendiri .Istrinya disibukkan dengan urusan merawat anak dan rumah tangganya. Pak Sumantri benar-benar tiang rumah tangga . Anaknya tiga ,belum ada yang bekerja bahkan yang paling tuapun masih duduk di sekolah kejuruan pinggiran kota .Anak kedua dan ketiga masih duduk di sekolah dasar .Waktu baru lulus sekolah guru Pak Sumantri jadi guru di desa terpencil hingga larut dalam tugas dan terlambat menikah .
Saat istirahat , Pak Sumantri tampak termenung seakan ada masalah yang disembunyikan . Diajak bicara rekan gurupun dijawabnya sekedar basa-basi.Pak Sumantri memang pandai menyembunyikan perasaannya .”Pak Sumantri ditunggu ibu Kepala Sekolah “kata bu Wati tata usaha sekolah .”Baik, bu jawabnya .Pak Sumantri bergegas menuju ruang kepala sekolah . Diceritakanlah masalah kontrak rumah yang harus segera dibayarnya .Pak Sumantri mendapat pinjaman yang harus diangsur 12 kali .Pak Sumantri bergegas keluar menuju kelas enam .Murid- murid menunggu guru kesayangannya .Pak Sumantri mengajar dengan bersemangat sambil melupakan beban hidup yang menghimpitnya .Segala kemampuannya dikerahkan agar murid mudah mengerti isi pelajaran yang disampaikan .Pak Sumantri memandang murid-muridnya sambil tersenyum puas tanda keberhasilan mengajarnya .
Saat sekolah usai Pak Sumantri bergegas ketempat parkir sepeda motor guru mengambil sepeda motor miliknya yang warnanya sudah memudar .Seolah – olah ada yang harus cepat disampaikan kepada istrinya . Sesampainya di rumah , uang pinjaman dari sekolah langsung diberikan kepada istrinya untuk secepatnya disampaikan ke pemilik rumah .Tanpa sempat berlama- lama istirahat Pak Sumantri siap memberi tambahan pelajaran ,Pak Sumantri memberi tambahan pelajaran tanpa menentukan besarnya biaya bulanannya .Waktu untuk keluarga dilaluinya sambil koreksi .Sampai larut malampunpersiapan mengajarnya dikerjakan dengan baik .Kelelahan demi kelelahan tidak pernah dirasakannya .Semua hidupnya dicurahkan untuk murid dan sekolah .Kemajuan murid dan sekolah selalu dipikirkannya sampai terbawa mimpi.
Hari ini Pak Sumantri tidak berdiri diteras depan seperti biasanya .Pak Sumantri duduk sambil memijit-mijit kepalanya di ruang guru .Semalam Pak Sumantri cerita sama istrinya kalau badannya capek dan pusing .
Bel tanda masuk sekolah berbunyi ,Pak Sumantri beranjak dari tempat duduknya sambil menenteng tas tuanya .Jalannya tidak seperti kemarin .Perlahan –lahan sambil berpegangan pada pegangan tangga . Pak Sumantri memaksa dirinya berdiri diposisi tengah kelas dan disambut doa pembuka dan penghormatan .Disembunyikannya rasa sakitnya agar muridnya bisa menerima pelajarannya dengan baik . Tanpa terasa waktu istirahat tiba .Pak Sumantri berjalan perlahan-lahan .Sesampainya di lantai 2 ,badan Pak Sumantri tertabrak Donni anak kelas enam yang berkejar-kejaran dengan Indra .Pak Sumantri jatuh berguling – guling .Badan,tangan dan kakinya tak bisa digerakkan .Jeritan murid-murid mengundang guru-guru yang sedang istirahat langsung membubarkan diri danmemberikan pertolongan . Pak Sumantri diangkat guru-guru dan dimasukkan kedalam mobil antar jemput sekolah untuk segera dibawa ke rumah sakait umum .
Sambil menunggu hasil pemeriksaan dokter ,ibu Kepala Sekolah dan guru-guru yang mengantar tanpa terasa meneteskan airmata .Dokter menyatakan Pak Sumantri terkena stroke .Ibu Kepala Sekolah tak kuasa menahan tangisnya .Dari kejauhan nampak ibu Sumantri menuntun Wahyu anak ketiganya berjalan cepat menghampiri ibu Kepala Sekolah.Keduanya tanpa bisa berkata-kata , menangis sambil berpelukan .
Sudah seminggu Pak Sumantri di rumah sakit .Berbagai macam obat dan suntikan sudah diberikan tetapi tanda-tanda kesembuhan belum tampak .Biaya semakin membengkak dan pihak yayasan tidak menanggung seluruh biayanya .Simpati rekan kerja dan wali murid sedikit meringankan . Ibu Sumantri menangis tak henti – henti .Ibu Sumantri mulai kebingungan biaya.Dua mantan murid berpakaian rapi menghampiri dan menjabat tangan ibu Sumantri .Dua mantan murid yang aroma wewangiannya menyegarkan ,mendekat dan memegang tubuh Pak Sumantri yang tergolek tidak berdaya.Diusapnya kening Pak Sumantri dengan rasa sayang .Pak Sumantri tersenyum memandang dua mantan muridnya .

Senin, 11 Agustus 2008

KEHAMPAAN JIWA SANG KORUPTOR

R E S E N S I

JUDUL NOVEL : K O R U P S I
PENGARANG : PRAMUDYA ANANTA TOER
PENERBIT : MAJALAH KEBUDAYAAN “ I N D O N E S I A “
No. 4 TH Ke V- April 1954. (edisi khusus)
B.M.K.N.
TAHUN TERBIT : 1954
HALAMAN : 80 (HAL 165 – HAL 245)


Oleh : Yani Santoso (jemblonk) yanisantoso@ymail.com


KEHAMPAAN JIWA SANG KORUPTOR


“Rupa-rupanya sekali telah melangkahkan kaki di gelanggang korupsi , orang tak ada melihat jalan kembali .Ingin aku mengetahui bagaimana tingkah lakuku pabila mendapat kesempatan menjadi menteri yang bertugas untuk memberantas korupsi .Pasti ini merupakan peperangan yang hebat tetapi lebih banyak memerangi keluar dan melindungi kedalam .Atau mungkin juga harus cepat-cepat angkat kaki dari jabatanku , atau mempergunakan kesempatan itu untuk menolong diri sendiri .Tetapi yang akhir ini aku kira tidak mungkin ,karena akhirnya jiwa tambah kacau balau dan mungkin dalam sebentar waktu terus menjadi gila dan mati di rumah sakit Grogol sebagai binatang ajaib yang bisa bicara.”(hal 220).
Lima puluh empat tahun yang lalu Pram tentunya juga seperti masyarakat Indonesia lainnya sudah gerah melihat korupsi .Dengan kepiawaiannya, Pram menyoroti korupsi dilingkungan pegawai negeri.Semua masyarakat tahu kalau profesi pegawai negeri bukanlah profesi yang menjajikan kekayaan berlimpah bahkan bagi pegawai negeri golongan rendah malah banyak yang hidup kekurangan.Kenyataan mengatakan lain ,pegawai negeri erat hubungannya dengan kekuasaannya mempunyai potensi untuk melakukan korupsi .Setiap korupsi selalu dimulai dari yang kecil dan menggelinding bagai bola salju menjadi besar sekaligus menggelincirkan orangnya menjadi koruptor.
Cerita dimulai dari keluarga pasangan Bakir dan Mariam dengan keempat anaknya , Bakri , Bakar , Badri dan Basirah .Dua puluh tahun sudah Bakir mengabdi menjadi pegawai sejak dari magang sampai jadi pegawai negeri .Menjadi seorang pegawai negeri adalah impiannya sejak remaja karena bakal terhormat dan bisa menjadi pejabat .Tetapi kenyataan berkata lain setelah dua puluh tahun mengabdi hidup Bakir tidak beranjak dari kekurangan .
Himpitan ekonomi , pengaruh gaya hidup mewah dan lemahnya sistem hukum menyebabkan timbulnya niat korupsi bagi orang yang lemah iman tetapi mempunyai kesempatan dan kekuasaan untuk melakukan korupsi .
Bila niat dan kemauan korupsi sudah muncul segala macam nasihat orang yang dicintaipun diabaikan dan justru dianggapnya sebagai penghalang untuk melaksanakan niat korupsinya .Seperti yang dialami Bakir.Istrinya tak henti- henti mengingatkan “kalau benteng kejujuranmu telah tembus untuk pertama kali ,ia mulai mengurus dengan suara berdaulat , engkau akan menyerah .Terus menyerah pada nafsu-nafsumu dan engkau tidak akan memiliki bentengmu lagi .Cuma tenaga diluar dirimu saja yang bisa menolongmu “.Hanya satu yang ditakuti Bakir yaitu media massa .Saat itu media massa yang popular hanyalah surat kabar .Bakir ngeri membayangkan namanya terpampang dalam surat kabar . Surat – surat kabar itu bisa berkaok-kaok Sampai- sampai Bakir berpikir alangkah baiknya kalau di dunia ini tidak ada surat kabar selembarpun .Dan seandainya Bakir berkuasa ia akan bertindak menjadi dictator yang melarang tiap tulisan yang menentang kemauannya .
Di era itu cara- cara korupsi yang digunakan tidak jauh berbeda dengan cara- cara sekarang .Mulai dari menjual barang-barang kantor , memalsukan kwitansi , minta komisi sampai memalsukan harga .
Mulanya korupsi selalu memberikan kemewahan dan perubahan gaya hidup termasuk Bakir yang hidup bergelimang kemewahan dan memasuki pergaulan- pergaulan baru ,tetapi setelah itu kehampaan-kehampaan jiwa dan ketakutan- ketakutan selalu mengejarnya .
Korupsi bukanlah sekedar hidup mewah ,ada sesuatu yang harus ditebus dengan penyiksaan batin dan jiwa merana seperti yang diungkapkan Bakir :inilah duniaku yang sempit ini.Inilah jantungku yang terus menggigil oleh ketakutan dan kecurigaan ..Mengapa aku harus hidup dalam ketakutan dan kecurigaan ?Memang untuk memperoleh uang dan kemewahan ini aku telah kehilangan segala-galanya .Juga harapan orang tuaku dahulu beserta pendidikannya kini telah lenyap !yang tinggal hanya kesempatan untuk memulai jalan baru kembali tetapi untuk itu umurku yang telah tua ini tidak memungkinkan .
Waktu kujengukkan kepalaku keluar jendela , nampak mobilku yang tadinya menjadi kebanggaan yang tiada tara kini mengeram kaku seperti ayam kena flu burung. Aku jijik melihatnya , jendela kututup dan kurebahkan kembali badan di ranjang .Untuk memiliki segumpal logam itu aku sudah mengorbankan hidupku juga .Aku akui kini :aku kalah!aku salah ! Isteri dan anak- anakku yang benar .Mereka benar sekalipun tidak
memuja kebenaran itu dan mempropagandakannya kepadaku .Dan untuk menyaksikan kebenaran mereka itu aku harus jadi begini!
Bakir merasakan semua harus ada tebusannya .Harga tebusannya tidak murah ,batin yang tersiksa , jiwa yang tersayat dan harga diri yang berada di titik nol .Penyesalan memang datangnya diakhir .Bau bangkai tidak bisa ditutupi dan tambah lama ditutupi baunya semakin menyengat .Seorang koruptor tidak bakal dengan mudah dijerat hukum .Kepiawaian dan segala kelicikan pastilah digunakan untuk menghilangkan segala bukti yang ada .Hanya ada satu kekuatan yang bisa menyeretnya hingga tergelincir dan mengantarkannya ketempat gelap , pengap, sempit dengan jeruji- jeruji besi nan kokoh. Semua orang tidak mencita-citakan untuk tinggal didalamnya bahkan kalau kuasa menolak diberi mimpipun tidak mau tinggal di tempat itu .
Bakir tertangkap akibat uang palsu dan menyeret pengakuan korupsinya .Bakir merenung ditengah dinding sempit penjara .Mariam istrinya menjenguk dan berkata “Engkau,katanya bagaimanapun juga adalah suamiku .Biarlah aku dan anak-anakmu tak engkau ajak bersenang ,tetapi didalam duka ini engkau tetap suamiku ,engkau tetap ayah dari anak-anakmu .Setidak-tidaknya engkau telah memberi contoh yang tepat pada anak-anakmu apa sesungguhnya yang tidak boleh diperbuat “.
“KORUPSI” memang layak menjadi bahan diskusi .Membaca novel “KORUPSI”di saat tepat seperti sekarang ini merupakan wawasan berharga untuk memperkaya batin dan iman rekan – rekan sejarah 1984 yang sedang mendapat amanah menduduki jabatan tertentu atau rekan-rekan sejarah 1984 lainnya yang sedang menapak untuk meraih jabatan agar senantiasa ingat akan arti pengabdian dan selalu berdoa agar dijauhkan dari segala macam godaan yang bisa menjerumuskan menjadi kehinaan .

Sabtu, 09 Agustus 2008

Selamat dan Sukses buat Yani Santoso

Oleh Admin


Selamat dan Sukses buat Yani Santoso

Kami keluarga besar FKAS 1984 mengucapkan "Selamat atas keberhasilan Yani Santoso membuat email yanisantoso@ymail.com semoga bermanfaat".

Kontroversi Biografi Bungkarno

Diposting oleh Admin

Untuk melihat bagaimana kontroversi biografi bung karno dapat diklik:
http://jadul.blogspot.com/2007_07_26_archive.html

Minggu, 03 Agustus 2008

Jelang Romadhon 2008

Oleh Admin

Untuk persiapan menyambut Romadhon 2008, bagi yang belum menyaur hutang puasa masih ada waktu. Usia kita selalu berkurang, mulai detik ini kita berniat untuk memanfaatkan sisa umur kita untuk takarrub kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa.


Selamat Menyambut Romadhon 2008

Profile Ani Wahyu Indarasati

Dirangkum ole Admin

Ini baru kawan !!!

Profile Ani Wahyu Indarasati


Ani Wahyu Indarasi, yang sering dikenal Ani (seperti lagunya Rhoma), adalah sosok alumni sejarah 1984 yang tergolong sukses dalam karier dan pendidikan putra-putrinya.
Ani Wahyu Indarasati sekarang sebagai PNS guru di SMPN 19 Malang, yang sebentar lagi akan menyelesaikan sertifikasi guru. Beliau dipercaya sebagai koordinator berbagai kegiatan antara lain kesiswaan, kesenian, pranata cara dll. Untuk melihat kiprah Ani Wahyu Indarasati dapat diklik http://smpn19malang.multiply.com/

Di sebelah kanan nampak foto Ani Wahyu Indarasati dan Putranya yang pertama NANDA





Ani Wahyu Indarasati sejak tahun 1986 sudah menikah dan telah dikaruniai dua anak yaitu NANDA yang sekarang sedang menempuh pendidikan S-1 Hubungan Internasional-Universitas Negeri Jember (HI-UNEJ) pada semester 5, sedangkan anak kedua bernama DINDA siswa sebuah SMA Negeri di Malang pada kelas XII.


Di di bawah ini nampak foto DINDA putri kedua dari Ani Wahyu Indarasati



Untuk menghubungi Ani Wahyu Indarasati dapat menelepon HP 03418177985 dengan alamat Jl. Kebonsari III No. 24 B. Email: ani_wi@ymailcom
Jika ditempuh dari terminal Arjosari dapat memanfaatkan jasa angkot len AG dan minta turun di Kebonsari Gang III. Di sebelah utara Kebonsari inilah ada Universitas Kanyuruhan, yang sudah dikenal di seluruh Jawa Timur dengan program S-1 dan S2 Kanyuruhan.

Keberhasilan SMPN 19 Malang dapat dilihat pada link web di bawah ini:
http://f.bestsupercars.com/r05/smpn_19_malang.html

Minggu, 08 Juni 2008

Selamat Datang

Selamat datang di Web Blog Forum Komunikasi Sejarah 1984 IKIP Negeri Surabaya yang di bangun pada tanggal 12 Mei 2008. Forum komunikasi ini diprakarsai Bapak Yani Santoso dari Gresik. Susunan sementara pengurus FKAS84 adalah sbb: (direkayasa oleh matekur)

Pembisik : 1. Drs. Issatrijadi (almarhum)
2. Drs. Mudjadi (almarhum)
Penasehat: Prof. Dr. Aminuddin Kasdi (kita minta kesediaan beliau dulu)
Ketua : 1. Mujiono (Calon pejabat eselon...)
2. Yani Santoso (si jemblomg dari gresik)
Sekretaris: Ari Wahyudi, CDr (Calon Doktor)
Bendahara : Muhlisa
Anggota : semua alumni

(h...he...he... tak awur ae)

Sabtu, 07 Juni 2008

Kisah Karir Ari Wahyudi

foto keluarga
Wednesday, June 4, 2008 1:22 AM
From:
This sender is DomainKeys verified
"ari wahyudi" Add sender to Contacts
To:
matekur@yahoo.com

Kisah Karirku:
Apakah suatu keberhasilan ataukah keberuntungan nasib, aku sampai saat ini tak mampu menjabarkan karena sampai saat ini pula aku tak tahu seberapa besar potensiku. Di sini aku hanya sedikit menyampaikan apa yang telah aku raih, sedikitpun tak ada maksud untuk mengunggulkan diri, karena aku tahu bahwa Ari Wahyudi yang mas-mbak kenal dengan nama gojlokan Ari Wakidi, sekarang berada pada jajaran pemikiran bersama dosen-dosen kita dulu. Aku pernah bermitra mengajar dengan dosen yang pernah kita takuti dengan ketidaklulusan yakni pak Suradji, bermitra dengan dosen yang kita segani pak Rusdi, pak Warsono dan dosen lainnya pak Suwarno, Prof Aminudin dsb. Alhasil tak bermasalah, malah justru memuji aku karena aku udah mencapai pangkat lebih tinggi dari berilaunya, ma’af teman-teman aku telah mencapai pangkat IV-c April 2007 and pangkat terakhir kalau aku tidak melanjutkan studi S-3. Ya demi itu dan demi tuntutan keilmuan aku sekarang udah masuk semester II di Sosiologi Unair. Dan mohon do’a teman-teman aku dapat menyelesaikan karir akademik tertinggi itu. Ya mas and mbak wong bermodalkan jalur ngglundung aja, alhamdulillah aku mampu menyusun thesis pada tahun 2001 di sosiologi Unair – menurutku karir akademik luar biasa dari seorang Ari Wakidi. Dan sekarang aku harus berjuang untuk menyelesaikan tugas belajarku – doakan ya teman-teman!
Perjalanan karirku dapat aku singkatkan diperjumpaan webblog yang diprakarsai kyai Matekur ini:
- Aku GTT di SMA Negeri 10 Surabaya dari tahun 1988 – 1992
- Pengangkatan CPNS tahun 1989 di SGPLB Negeri Surabaya
- PNS tahun 1990
- Dosen FIP IKIP Surabaya (sekarang menjadi UNESA) Juli 1995, yang saat itu SGPLB berubah status menjadi S.1 PLB (tentunya bukan suatu kebetulan bagi alumni kaya saya ini yang bukan jurusan Pendidikan Luar Biasa – semula aku dipindahkan di SMA Negeri Kutorejo Mojosari, namun aku mengajukan tuntutan kepada rektor untuk mempertimbangkan 27 sarjana non PLB untuk dapat diseleksi menjadi dosen – alhasil tuntutan aku didengarkan dan akhirnya menempuh proses seleksi dan dari 27 sarjana umum untuk layak and tidaknya menjadi dosen). Dari 27 dosen hanya dinyatakan layak lima orang termasuk aku dan Surat keputusannya aku terima bulan Juli 1995 dengan pangkatku saat itu udah III/c.
- Berkenaan dengan karirku secara internal aku dipercaya memimpin penerbitan jurnal yang telah terakreditasi yaitu Jurnal Pendidikan Dasar (silakan teman kirim artikel di email:jnlfip@gmail.com) dan Jurnal Pendidikan Luar Biasa (email:ari_plb65@yahoo.com).

Demikian sekilas info tentang Ari Wakidi sejarah 84. Aku undang teman-teman untuk menyusun artikel dan masukkan tulisan teman-teman ke salah satu jurnal yang cocok dengan tulisanya. à Selamat bergabung dengan webblognya Matekur, Ayo kita saling silahturohmi.

Profile Ari Wahyudi

Wednesday, June 4, 2008 1:12 AM
From:
This sender is DomainKeys verified
"ari wahyudi"
Add sender to Contacts
To:
matekur@yahoo.com




Tepat 26 September 1988 aku telah berpisah dulu (wisuda) dari 30-an teman-teman S-1 Pendidikan Sejarah angkatan 1984 (Aku-Yani-Muji-Mulyono-Imron-Tri Susila) saat itu pula bak ditelan prahara sunami hingga kabar masing-masing hilang. Tinggal aku dan sesepuh sejarah 84 pak Mujiono yang masih kental dan sambang ke aku yang lagi harus “tunggu manuk and harus ngarit” di tengah kota Surabaya. Aku lebih beruntung dari pak Muji- aku mendapatkan pekerjaan dulu di bulan Juli 1988 di SMA Negeri 10 Surabaya, padahal saat itu aku dan pak Muji selalu berboncengan dengan sepeda motor riwayat suzuki A-5 nya untuk melamar pekerjaan di SMP dan SMA di wilayah Surabaya bahkan sampai Krian. Begitu aku ngajar di SMA Negeri 10 Surabaya- aku banyak tawaran ngajar di sejumlah SMA swasta di Surabaya, diantaranya SMA Parmadiputra yang kemudian aku berikan pak Muji, SMA Tunas Bangsa di Wonocolo, SMA Katholik Dharma Mulya Ngesong. Aku putuskan aku harus pilih ngajar keduanya di SMP dan SMA Bina Bangsa Siwalankerto. Ku geluti ngajar di dua tempat itu, sambil menunggu pengumuman tes pegawai negeri sipil. Alhasil seperti wali liwat- disore hari aku main di rumah pak Muji dan ngomong-ngomong hasil tes, pernyataan pak Muji ya ..Ri kamu di Surabaya aja sambil ngajar syukur-syukur SK berada pada sekolah yang kamu ajar, sehingga kamu yang nanti menangkap isu di kota dan aku tak kembali ke Banyuwangi.
Itulah yang aku katakan seperti wali lewat, besok paginya ada pengantar surat ke rumah orang yang aku ikuti di Gayungan gang VIII nomor 2 berupa surat penempatan kerja. Dan ternyata benar-benar terjadi SK-ku jatuh di D-2 Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) dan pak Muji di SMA 2 Banyuwangi. Disitulah aku berpisah dengan pak Muji. Tapi hebat pak Muji itu, walau udah berpisah namun pautan hati masih cukup kental, ketika pak Muji pulang ke Surabaya selalu mencari aku dan kesan yang tak pernah aku lupakan adalah sampai kapanpun adalah tepat pukul 16.00 entah hari apa dan tahun 1990-an aku dikasih uang satu juta rupiah (nilai yang cukup tinggi pada saat itu) disuruh untuk membelikan sepeda motor agar transportku lebih ringan, sehingga aku dapat menabung. Aku jawab aku harus mengembalikan kapan –jawab pak Muji udalah kalau aku pulang dan gak punya sangu aku sangonono itu kalau kamu ada uang. Dan akhirnya aku belikan Yamaha tahun 1980 seharga 850.000, saat itu aku pertama kali pakai sepeda motor. Saat itulah persahabatan aku dengan pak Muji telah berubah menjadi saudara hingga saat ini. Bahkan awal aku mau menikah calon istriku udah aku format bahwa Pak Muji segalanya buat aku jadi hormati beliau dan keluarganya. Alhamdulillah hubungan itu berjalan mulus hingga saat ini, bahkan aku udah formatkan pula pada anakku bahwa pak Muji adalah PAK PUH nya anak-anakku. Itulah awal kehidupanku. Waktu berjalan terus dan kehidupanku juga belum mapan karena aku harus menopang harapan keluarga dan sekaligus balas budi pada orang yang aku ikuti. Gaji sini dan gaji sana habis untuk menopangnya hingga aku putuskan untuk menikah dengan putri Mojosari tepat hari Minggu Pon Bakdo Maulud (26 September 1993) dengan momentum honorku menatar P4 di Universitas Petra Surabaya yang kebetulan aku sudah menjadi Manggala Nasional P4 sebesar Rp. 250.000 (wah jumlah honor yang lumayan besar saat itu aku terima). Uang itu aku buat mas kawin dan biaya KAU ya cukupan lah bagi seorang sarjana.


Keputusanku untuk tinggal di Sarirejo III/10 -12 Mojosari ketika istriku memilih melahirkan anakku pertama yang bernama AJENG SUKMA MAWARNI DYAH FITRIANI tepat 6 Maret 1995 yang sekarang udah kelas VII SMP Negeri I Mojosari, yang saat itu pula ibu mertua tinggal sendirian, ya sementara nunut morotua. Aku melaju Surabaya – Mojosari PP hampir tiap hari hingga sekarang karena aku telah terjerat istriku ngajar di SDLB Seduri Mojosari. Aku ikhlaskan semuanya karena itu udah diatur oleh yang Kuasa Illahi Robbi demikian.






Ahlamdulillah ternyata keikhlasan itu telah diberikan titipan Allah anak kedua asli produksi Mojosari yang lahir pada 27 Oktober 2000 yang bernama AGUNG PRASETYA WAHYU WICAKSANA, lengkaplah kebahagiaanku mengemban amanah dua anak. Inilah profil wajah Istriku (Juma'ani)– putriku and putraku ya tak kalah penting aku sendiri.












Foto Keluarga Bapak Sugeng Riyadi


Foto Keluarga
Bapak Sugeng Riyadi dan Ibu Hanik Rofiah beserta keluarga. Tampak dari kiri Bapak Sugeng Riyadi, Anak kedua Husein Satria Yuda Karbala, Ibu Hanik Rofiah dan Anak Pertama Sukma Satriani Ridhani Putri.

Profil Yani Santoso (si Jemblong dari Gresik)




Yani Santoso, Jl. Intan I/27 Pondok Permai Suci Gresik
Inilah sosok pencetus Reuni Sejarah 1984, yang semakin hari tambah njemblung.
Siapapun tak kan lupa dengan aku. Kawan-kawan menyebutku jemblung karena perutku mirip orang hamil. Istriku satu dan anakku dua (kembar). Dibanding kawan-kawan aku hanya guru SD, walau demikian aku tetap enjoy, aku ingin seperti tanah walau diinjak dan dikencingi tetap memberi manfaat bagi orang lain. Di IKIP Surabaya aku pernah bergabung di SALOKO (Sanggar, Ludruk dan Ketoprak). Sampai sekarang aku belum mengetahui keberadaan sahabatku heru (gombot). Di forum ini aku ingin segera menemukan heru van gombot. Saya mau nulis inspirasi yang saya beri judul "Bermodalkan satu buku dilipat jadi dua dan dimasukkan saku celana belakang (Rahasia Sukses Mujiono menjadi Kepala sekolah)"

Keluarga Yani Santoso
Gambar di sebelah kanan ini adalah keluarga Yani Santoso,
tampak dari sebelah kiri; Tri Wahyuningsih (istri), Anggun Oktavia Hiedayatoen Nisa' (baju kuning), Yani Santoso, Anngun Oktavia Fariedatoen Nisa' (baju merah)











Keluarga Yani Santoso
Gambar versi lain dari keluarga Yani Santoso















Jumat, 06 Juni 2008

Penipuan di ATM

PENIPUAN DI ATM
kiriman email dari teman

Peristiwa ini menimpa saya Hari Minggu yang lalu di salah satu ATM Mandiri(sebut saja ATM1). Semoga tidak terulang pada pembaca. Kejadian ini berawal ketika saya mau menarik uang di ATM Mandiri. Sepertikadang-kadang terjadi setelah saya masukkan kartu ATM, layar ATMmenyatakan bahwa …..out of service atau ….maaf sementara tidak dapatmelayani. Tentu saja saya langsung tekan tombol Cancel untuk membatalkantransaksi. Namun ternyata kartu ATM tidak kunjung keluar walaupun sayaulangi berkali kali dan saya tunggu. Di saat saya berharap kartu ATM segera keluar, tiba-tiba ada seseoranglaki-laki (sebut saja Mr X) yang membuka pintu ATM dan tindakan kurangetis ini tentu agak mengejutkan saya. Orang tersebut yang tampil dengansikap dan wajah innocent (tanpa dosa) dan dengan cukup santai bertanya:Bisa Pak? Kartu saya tadi tertelan pak! Karena merasa senasib, sikap sayaberubah dari curiga menjadi welcome. Setelah saya amati, ternyata kartusaya tampak sedikit (kurang lebih satu millimeter) di bibir lobang kartuATM dan saya berusaha dengan menyelipkan dua kartu tipis untuk menjepitkartu tersebut agar dapat saya keluarkan. Usaha saya itu mendapat responyang bersahabat dari Mr X dan segera pula ia membantu saya untuk menjepitdengan kertas yang saya gunakan tetapi kartu ATM saya juga tidak berhasildikeluarkan. Usaha berikutnya dilakukan oleh Mr X dengan menelpon "Bank" (katanya sayatelpon bank saja pak, 14000 ya? tanyanya dan tidak saya jawab karena sayakonsentrasi dengan usaha saya untuk mengeluarkan kartu ATM). Setelah diamenceritakan apa yang telah terjadi dan salah satu ungkapannya di telepon"kartu saya terganjal oleh bapak setelah saya pak!". Mr X segeramenyerahkan HPnya karena pihak "Bank" mau bicara dengan saya. Pihak "Bank"setelah menanyakan beberapa data seperti nama, tanggal lahir, nama ibukandung segera menuntun saya agar dapat mengeluarkan kartu ATM saya dantentu saja saya turuti. Tekan tombol di bawah angka 9; tekan tombol di bawah angka 7; tekan pinbapak; tekan ENTER. Keluar tidak pak? Tanyanya. Tidak, jawab saya. Ok paksaya akan bantu sekali lagi mengeluarkan kartu bapak. Ikuti petunjuk sayatekan tombol di bawah angka 9; tekan tombol di bawah angka 7; tekan pinbapak (pelan-pelan pak) dan saya sempat berpikir mengapa harus pelan?;tekan ENTER. Singkatnya saya menekan PIN saya sampai sekitar tiga kaliyang disaksikan oleh Mr. X. Saya tidak sampai hati meminta Mr X keluardari ruang ATM karena ia telah meminjami HP dan "menolong saya". Adeganini berarkhir ketika pihak "Bank" tidak berhasil membantu saya denganmengatakan: Ok pak, karena kartu bapak tidak bisa keluar, KARTU BAPAK SAYABLOKIR SAJA DAN SAAT INI KARTU BAPAK SUDAH TIDAK BERFUNGSI. Besuk bapaksegera ke Bank Mandiri setempat untuk minta terbitkan kartu baru. Karenamerasa aman, saya segera tinggalkan ruang ATM dengan mengucapkan terimakasih kepada Mr. X setelah anak saya segera keluar dari mobil, menyusul keruang ATM menanyakan apa yang terjadi (kata saya: kartu sudah diblokir,kita pindah ATM lain saja nak). Untungnya saya tidak menaruh semua telor saya dalam satu keranjang. Masihada keranjang lain tidak peduli ukurannya. Segera saya menuju ATM (sebutsaja ATM2) yang lain karena saya sudah ditunggu di salah satu toko untuksuatu transaksi. Sebelum saya (bersama isteri dan anak saya) masuk ke ATM2tiba-tiba SMS banking masuk dan menyatakan rekening saya terdebet Rp1.500.000,-. Ketika itu saya baru sadar (menurut saya bukan karenahipnotis, tetapi logis) bahwa MR X TADI TERNYATA PENIPU dan pihak "Bank"yang bicara dengan saya adalah anggota sindikatnya. Segera saya menuju ATM1 dengan melanggar lampu merah di perempatan jalansambil menghampiri Polantas setempat. Sampai di tempat kejadian, tentusaja pelaku sudah kabur dan selama saya menuju kembali ke ATM1, rekeningsaya selalu terdebet hampir setiap setengah menit Rp 1,5 juta danberkali-kali. Saya berusaha keras untuk memblokir via 14000 tetapi selaludijawab oleh mesin penjawab dan setelah sekian lama saya baru bisa bicaradengan operator untuk melakukan pemblokiran. Apa boleh buat saatpemblokiran saldo tinggal tersisa Rp 82 ribu. Setelah dihubungi oleh pihak kepolisian, tidak lama berselang petugas ATMBank Mandiri datang dan membongkar mesin ATM. Ternyata di dalam ruangkartu masuk telah diselipkan SEBATANG KOREK API yang telah dipotong"pentolan" nya. Kata petuga bank: Inilah pak yang membuat kartu bapaktidak bisa masuk….kejadian ini sudah sekitar satu tahun tapi pelakunyabelum juga tertangkap…. Dia (Mr X) bisa mengeluarkan kartu bapak dengantang/penjepit kecil…..Minggu lalu juga kejadian. Begitu memasuki hari kerja saya laporkan ke Bank Mandiri dan petugasCustomer Service menyatakan kasus ini baru pak (wah rupanya pihak bankketinggalan juga, red) setelah dicek transaksi penarikan (oleh Mr X cs)tiga kali Rp1,5jt; 1xRp500rb; dan karena maksimum penarikan per hariRp5jt, sisanya dihabiskan untuk belanja kilat (mungkin di toko emas) tentudengan memalsukan tanda tangan saya. Maaf pembaca, total kehilangan tidakperlu saya beberkan semua, yang jelas tinggal Rp82rb alias habis dalamwaktu transaksi 17 menit.KESIMPULAN: 1. Sindikat penipu memilih ATM yang terpencil, bukan yang di kantor bankdan/ atau yang ada security-nya.2. Mereka memilih hari libur agar nasabah tidak dapat menghubungi banksetempat. TIP AGAR HAL SERUPA TIDAK TERULANG PADA PEMBACA: 1. Gunakan ATM yang ada Bank-nya atau yang dekat security, hindari ATMterpencil walaupun di ATM terpencil kita tidak perlu antre.2. Jika kartu macet dan tidak bisa keluar dengan usaha sendiri, tinggalkansaja karena orang lain tidak bisa menggunakan tanpa mengetahui PIN-nya dansegera lapor ke bank setempat (tentu pada hari kerja).3. Pada saat pembaca panik karena jadwal padat, ditunggu dalam waktusingkat, sehingga secara emosional tidak stabil, mungkin juga sedangberantem sebaiknya hindari transaksi menggunakan ATM karena daya analisamenurun dan sangat memungkinkan terjadi kesalahan.4. (Walau yang keempat ini tidak terkait dengan sub judul di atas)rekening yang ber kartu ATM batasi jumlahnya. Yang lain simpan saja direkening tanpa kartu ATM dan jika terlanjur diberikan kartu ATM,kembalikan saja ke bank dan bertransaksilah via kasir. Mohon maaf jika pembaca tersita waktunya untuk membaca ulasan peristiwaini terutama bagi yang telah mendengar peristiwa serupa sebelumnya. Jikakurang bermanfaat bagi pembaca, berikan (forward) info ini kepada rekanyang lain, siapa tahu mereka membutuhkan. Terima kasih. Jika suatu saat info ini sampai kepada Mr. X yang telah menipu saya, sayaberpesan carilah uang dengan cara lain karena melalui jerih payah, hasilakan lebih bisa dinikmati. Anda berkualitas dalam mendapatkan uang cepat,namun kualitas hendaknya memenuhi 5 indikator keseimbangan yaitu QCDSM(Quality, Cost, Delivery, Safety, Morale). Anda baik dari sisi Quality(cerdik); anda baik dari sisi Cost (dengan biaya rendah, hanya sebatangkorek api); anda baik dari sisi Delivery (dapat uang dalam waktu cepat);tapi dari sisi Safety (anda aman....tapi hanya sementara lho); dan darisisi Morale (sayang angkanya cuma nol) karena melanggar norma.
Salam,Wst Best Regards,
MASARINA FLUKERIA

Minggu, 18 Mei 2008

Pembunuhan Politis dalam Sejarah Indonesia

Koran Jurnal Nasional, Minggu, 6 Januari 2008

Zulfikar dan Benazir Bhutto di Pakistan, Indira dan Rajiv Gandhi di India. Pembunuhan tokoh-tokoh politik juga terjadi di Indonesia. Tak pernah ada kasus yang diselesaikan tuntas
Pembunuhan Benazir Bhutto di Rawalpindi, Pakistan, 27 Desember 2007 silam menghentakkan ruang kesadaran kita. Benazir, perempuan pemimpin Pakistan yang baru saja pulang dari delapan tahun pengasingannya di luar negeri itu seolah mengikuti garis hidup mendiang ayahnya, Zulfikar Ali Bhutto yang tewas di tiang gantungan pada 1979.
Sementara, kisah yang sama juga dialami oleh keluarga Gandhi di India. Indira Gandhi, perdana menteri India tewas ditembak pada 31 Oktober 1984 oleh dua pengawalnya yang menganut agama Sikh. Aksi pembunuhan itu dipicu oleh perintah Indira kepada tentara India untuk menyerang Kuil Emas di Punjab. Di kuil tersebut para pengikut Sikh memusatkan aktivitas politik mereka untuk memerdekakan Punjab, lepas dari India. Sama dengan ibunya, Rajiv Gandhi, putra tertua Indira, tewas pada 21 Mei 1991 di tangan Thenmuli Rajaratnam, perempuan anggota Macan Tamil yang mengalungkan bunga berisi bom ke leher Rajiv.
Menyaksikan tragedi seperti terjadi di kedua negara tersebut seakan membuktikan bahwa politik memang identik dengan intrik dan kekerasan. Panggung politik dunia kerap diwarnai pembunuhan yang bermotif politik. Bukan saja di negara dunia ketiga seperti India, bahkan di Amerika Serikat sekali pun yang terkenal sebagai negara pengusung demokrasi pembunuhan politis pernah terjadi sebagaimana dialami Presiden John F Kennedy.
Di Indonesia, pembunuhan aktivis kemanusiaan Munir merupakan salah satu kasus yang paling banyak mendapatkan sorotan, baik dari publik dalam negeri maupun internasional. Munir tewas pada saat menumpang pesawat Garuda tujuan Amsterdam, Belanda pada 7 September 2004. Hasil pemeriksaan otopsi tim dokter Belanda menunjukan Munir tewas diracun arsenik. Hingga kini kabut misteri masih menyelubungi peristiwa pembunuhan yang bernuansa politik itu.
Pembunuhan Munir ibarat puncak kecil gunung es yang menyembul di permukaan laut, menyembunyikan kenyataan ada begitu banyak kisah pembunuhan politis dalam sejarah Indonesia modern yang belum terungkap hingga hari ini.
Kisah pembunuhan politis pertama pasca kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 terjadi pada Otto Iskanda Di Nata. Menurut keterangan resmi pemerintah Otto dibunuh oleh Laskar Hitam pada 20 Desember 1945 di Pantai Mauk, Tanggerang. Saat itu ia masih menjabat Menteri Negara yang membidangi keamanan.
Sebelum tewas di tangan Laskar Hitam, Otto yang dijuluki "Jalak Harupat" itu tergabung dalam panitia kecil yang bertugas merancang peraturan tentang kepolisian dan tentara kebangsaan. Dalam rapat PPKI 20 Agustus 1945 diputuskan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang akan menyatukan berbagai elemen organisasi kelaskaran di seluruh Indonesia. Beberapa organisasi kelaskaran yang telah berjuang semenjak zaman Jepang merasa tak puas dengan pembentukan BKR kemudian mendirikan badan-badan perjuangan sendiri yang dikenal sebagai Laskar Rakyat. Mereka beraksi merebut gedung-gedung pemerintahan dan gudang-gudang senjata milik Jepang, sehingga tak jarang terjadi pertempuran yang banyak memakan korban jiwa. Otto bertanggungjawab untuk menyelesaikan persoalan itu.
Pada 26 Oktober 1945, seperti yang dicatat Soekirah, istri Otto, dalam buku hariannya, melalui telepon Otto dipanggil ke Jakarta. Baru saja tiba beberapa hari di Jakarta, Otto diculik pada Rabu, 31 Oktober 1945 pukul 11 siang. Sejak saat itu Otto hilang, sampai kemudian ada pengumuman resmi dari pemerintah yang menyiarkan nasib tragisnya. Jasad Otto tak pernah ditemukan, hanya sebungkus pasir yang diambil dari Pantai Mauk yang kemudian dikuburkan di Taman Pasir Pahlawan di Lembang, Bandung sebagai simbol jenazah Otto.
Tiga tahun setelah pembunuhan Otto Iskandar Dinata, tepatnya pada 2 Juli 1948, pukul 20:00 malam, Komanda Divisi Panembahan Senopati Letkol. Sutarto tewas ditembak seorang sniper yang hingga kini tak diketahui jatidirinya. Kasus itu bermuatan politik karena terjadi pada saat Kabinet Hatta menjalankan program Reorganisasi dan Rasionalisasi (Re-Ra) tentara Indonesia. Sebagai komandan dari sebuah divisi yang memiliki banyak pasukan bersenjata lumayan lengkap untuk ukuran masa itu, Sutarto menolak kebijakan Re-Ra. Alasan lain yang membuatnya dibunuh karena ia disebut-sebut simpatisan kaum kiri.
Saling tuduh tentang siapa yang membunuh Sutarto pun terjadi. Kelompok PKI menuduh para pengikut Tan Malaka yang tergabung dalam Gerakan Banteng dan Gerakan Revolusi Rakyat (GRR) sebagai dalang utama pembunuhan itu. PKI juga menduga Tan Malaka bermain mata dengan Hatta untuk menyaingi aktivitas kaum komunis di Indonesia.
Tan Malaka dan pengikutnya memang sengaja dilepaskan oleh Hatta dari Penjara Wirogunan, Yogyakarta dengan harapan supaya bisa mengimbangi kelompok PKI, terutama setelah Musso kembali dari Uni Soviet. Namun yang terjadi justru sebaliknya: kelompok Tan Malaka yang sebelumnya ditahan karena kasus 3 Juli 1946 itu mendirikan Persatuan Perjuangan yang banyak melancarkan kritik tajam pada pemerintahan republik pada saat itu. Tan Malaka berpendapat pemerintah terlalu lunak dalam menghadapi Belanda.
Atas perintah Soengkono, Komandan Divisi Brawijaya, Tan Malaka kemudian ditangkap di Kediri, Jawa Timur pada bulan Februari 1949. Letnan Dua Soekotjo, Komandan Batalyon Sikatan bawahan Soengkono berhasil menangkap Tan Malaka. Soekotjo kemudian memerintahkan kepada Soeradi Takebek untuk mengeksekusi Tan Malaka pada 21 Februari 1949 di desa Selopanggung, Kediri.
Baik dalam kasus Otto, Sutarto, maupun Tan Malaka tak pernah diselesaikan secara hukum. Pelaku pembunuhan tetap bisa melanjutkan hidupnya dengan tenang tanpa sedikit pun terjamah oleh pedang dewi keadilan. Bahkan Soekotjo, pemberi perintah pembunuhan Tan Malaka pensiun sebagai Walikota Surabaya dengan pangkat Brigadir Jenderal.
Pembunuhan politis dalam sejarah Indonesia seakan berjalan dalam garis yang menyerupai spiral. Ia berjalan terus ke depan, menembus ruang-waktu, namun tetap bertemu pada satu titik yang sama. Jika persoalan ini tak diselesaikan secara tuntas, niscaya akan terjadi kembali pada masa yang akan datang. Pembunuhan politis yang terjadi sejak saat Otto sampai dengan Munir, seolah sambung menyambung, menjadi benang merah sejarah yang tak pernah putus membawa duka di negeri ini.
Persoalan dalam sejarah Indonesia itu mau tak mau membawa kita kepada pertanyaan: sebagai apakah aktor utama pembunuhan Munir pada saat ia pensiun nanti?
Mailing list: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/
Blog: http://mediacare.blogspot.com
http://www.mediacare.biz

Kebangkitan Nasional 2008 Melalui Kreatifitas Digital

INFO
dikutip oleh Matekur dari http://www.biskom.web.id/

Memasuki tahun 2008, Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia beserta seluruh pemangku kepentingan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia akan menggelar Indonesia Information and Communication Technology Award 2008 yang disingkat menjadi INAICTA-2008. INAICTA merupakan agenda tahunan sebagai penghargaan untuk mendorong tumbuh kembangnya industri teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia.INAICTA pertama kali digelar pada tahun 2007 dan berlangsung dengan sukses. INAICTA-2008 cukup istimewa karena pada perhelatan akbar komunitas TIK Indonesia ini bertepatan dengan 100 tahun peringatan Kebangkitan Nasional.
Tahun ini, INAICTA mengusung tema “Kebangkitan Nasional Melalui Kreativitas Digital” dengan misi “mematangkan ICT industry di Indonesia” dan visi “memposisikan ICT sebagai pemungkin (Enablement) yang dapat digunakan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan martabat bangsa di dunia International”. INAICTA-2008 bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas profesional yang berpacu dalam pembuat solusi ICT, memacu penggunaan ICT disemua lini industri, mempersiapkan Pemain ICT Local untuk menghadapi kompetisi international, memacu pertumbuhan industri ICT.
Karya ICT putra-putri bangsa Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan karya bangsa lain sehingga INAICTA 2008 ini merupakan ajang tepat untuk mengapresiasikan para aktivis ICT. Selain itu, INAICTA-2008 diharapkan bisa memacu kebangkitan industri TIK Nasional sesuai dengan semangat Kebangkitan Nasional yang telah diikrarkan 100 tahun silam oleh putra-putri bangsa.
Berbagai persiapan dilakukan oleh tim pelaksana untuk mensukseskan INAICTA 2008. Diantara yang dilakukan adalah menyiapkan persiapan pelaksanaan lomba termasuk mengisi website, melakukan registrasi lomba dan mengkoordinasikan pelaksanaan lomba, menyiapkan sosialiasasi, publikasi dan promosi. Kemudian tim pelaksana menyiapkan dan melaksanakan kegiatan penyerahan penghargaan (award), serta administrasi dan pengadaan anggaran. Kegiatan persiapan lainnya adalah untuk menghadapi perlombaan Internasional (training center) bagi para pemenang INAICTA 2008 yang akan tampil di ajang internasional.INAICTA 2008 juga didukung sepenuhnya oleh BISKOM sebagai media partner yang mempublikasikan berbagai kegiatan pada INAICTA 2008.
INAICTA-2008 berisi serangkaian acara yang dimulai pada bulan Maret 2008 dan berakhir pada bulan Agustus 2008. Kegiatan utama INAICTA 2008 adalah perlombaan karya dan inovasi di bidang ICT, seminar, workshop, ekshibisi, business matching program dan malam penganugerahan.
Launching diadakan pada hari ini, Senin, 3 Maret 2008 sebagai pertanda dimulainya berbagai rangkaian kegiatan INAICTA-2008. Menurut Mohammad Nuh, Menteri Komunikasi dan Informatika, INAICTA merupakan salah satu faktor memajukan ICT, maka untuk mensukseskan tidak bisa berjalan sendiri yakni harus berkolaborasi dengan siapapun yang punya kepedulian dengan ICT.“Lomba-lomba yang diadakan harus dikaitkan dengan competitivness. Namun jangan hanya sampai pada tahap kompetisi saja, kompetisi ini harus bisa sebagai pintu keluar untuk mengekspresikan talenta terhadap ICT sehingga kreativitas digital yang kita miliki bisa sebagai ujung tombak kebangkitan nasional,” ujar Muhammad Nuh saat launching INAICTA 2008 di kantor Depkominfo, Jakarta (3/3).
Selama bulan Maret hingga Mei 2008, panitia akan melakukan strategi “Jemput Bola” dengan melakukan road show kebeberapa kota di Indonesia, diantaranya Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Makassar dan Medan dengan harapan mendapatkan lebih banyak peserta dengan kualitas yang lebih baik lagi.
Pendaftaran kompetisi dibuka mulai bulan April sampai pertengan Mei 2008. Pendaftaran dilakukan secara online di website INAICTA 2008 http://www.inaicta.web.id/ Setelah itu dilakukan penjurian mulai bulan Juni 2008 hingga akhir Juli 2008 untuk menilai hasil dari karya peserta yang masuk.
Bulan Agustus merupakan puncak dari kegiatan INAICTA 2008 sehingga banyak acara yang digelar. Diantaranya workshop untuk semakin mematangkan pengetahuan mengenai ICT seperti Blog, Wikipedia, Open Source Software, Animasi, Robot, Game Developer dan Google Mobile. Disediakan juga Boothcamp sebagai tempat untuk menampilkan produk yang berkualitas dan memiliki potential buyer besar di Indonesia.
Kategori INAICTA-2008 yang diperlombakan sebanyak 10 kategori dengan 10 sub kategori, terdiri dari: e-Government, e-Business (finance, automation), e-Education, e-Entertainment, Supply Chain Management, Tools & Infrastructure, Research & Development, Student Project (SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi), Robot (SD, SMP, SMA, Umum), Smart Campus. Diantara beberapa kategori akan dilombakan pada saat eksibisi seperti e-inclusion, Robot, User Generated Content, Games, Festifal Film Animasi, Web Sekolah, Merakit Komputer dan Over Clocking.
Pemenang maupun peserta yang memiliki karya potensial mendapat kesempatan untuk bertemu dan ‘menjual’ karyanya kepada investor sehingga menumbuhkan jiwa technopreneurship dikalangan putra-putri bangsa untuk terus berkarya dimana karya tersebut akan digunakan dan tidak saja menjadi tuan rumah di negeri sendiri tetapi juga mampu menjadi konsumsi yang berkualitas dan berjaya di negara lain.
Dengan dukungan komunitas TIK di Indonesia, INAICTA-2008 akan menjadi tonggak penting dalam perkembangan dan kebangkitan TIK di Indonesia menuju masyarakat berbasis pengetahuan di tahun 2015.
SHARETHIS.addEntry({ title: "INAICTA-2008 : Kebangkitan Nasional Melalui Kreativitas Digital", url: "http://www.biskom.web.id/2008/03/03/inaicta-2008-kebangkitan-nasional-melalui-kreativitas-digital.bwi/" });
ShareThis

Sabtu, 17 Mei 2008

Televisi menjadi sekolah kedua bagi anak

di kutip dari Republika Online: Minggu, 08 Juni 2008
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=336835&kat_id=3
oleh matekur http://matekur.blogspot.com/

Televisi menjadi sekolah kedua bagi anak. Sekolah yang berbahaya. Laksanatamu tak diundang. Siaran televisi datang dan membikin si buyung atausi upik lekas matang. Ibarat buah mangga yang dikarbit, para bocah inidipaksa dewasa sebelum waktunya lewat ajaran-ajaran pop khas layarkaca: Kawin cerai, selingkuh para selebritis, atau pacaran di usiadini. Selamat datang di surga anak-anak pedoyan televisi! Surveitermutakhir UNICEF pada 2007 silam bak dering jam weker yang pantasmembuat orangtua awas. Kata badan PBB itu, para bocah di Indonesiaterpekur rata-rata lima jam sehari di depan layar kaca atau totaljenderal 1.560 hingga 1.820 jam setahun. Angka ini, menurut UNICEF,jauh lebih gemuk ketimbang jumlah belajar mereka yang 1.000 jam setahundi sekolah. Makajadilah kotak televisi sekolah tandingan bagi anak-anak ini. Naasnya,jika diamsalkan sekolah, maka televisi adalah sekolah yang berbahaya.Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) mengantongi data, hanya 30persen acara televisi yang aman dikonsumsi anak pada 2006. ‘’Angkanyatak berubah banyak pada 2007,’’ ujar Boby Guntarto, penggagas HariTanpa Televisi dari YPMA, yang siap merilis angka termutakhir bulandepan. Disebutsekolah berbahaya lantaran, ya itu tadi, kotak televisi sesungguhnyadijubeli materi-materi khusus untuk orang dewasa. Tayangan infotainmentmenggeruduk di pagi hari tatkala anak tengah sarapan. Tayangan sinetrontumpah ruah di layar kaca bak air bah dari sore hingga menjelang tidur.Walhasil, kata B Guntarto,’’Bocah-bocah zaman sekarang sudah terbiasadengan istilah kawin, cerai, atau selingkuh,’’ tutur dia. ‘’Kata-kataatau perilaku ini semestinya konsumsi orang dewasa.’’ Maka,alangkah malangnya anak-anak (zaman sekarang) ini, kata psikologpendidikan dari Lembaga Pendidikan Optima Solo, Niken Iriani. Keceriaandan kepolosannya mereka—disadari atau tidak—berpeluang terbang akibatmasuknya persoalan orang-orang dewasa ke dalam otak mereka. Lewattelevisi. Dan,bukannya musykil ‘peluru’ layar kaca ini kelak membetikkan gangguanpsikologis dalam diri sang bocah. Gejala emosional itu muncul danmembentang di antara dua titik bandul: Dari peniruan tindak kekerasanhingga—yang kurang ekstrem—pertanyaan-pertanyaan di luar dugaan. ‘’Pak,bercumbu itu apa?’’ tutur Syifa Kamila, bocah usia 5 tahun, kepada sangayah, Muhamad Julianto (32) warga Puri Cipageran, kota Cimahi, JawaBarat. Yang ditanya kontan terperanjat tetapi kemudian tersenyum kecutdan bergumam dalam batin: Pasti gara-gara televisi! Usaimengumpat, Julianto sekaligus bertanya: Apa gerangan yang membikinacara televisi bagaikan tumpukan sampah penebar racun bagi anak-anak? ‘’Kayak limbah B3 aja,’’ seloroh karyawan bank swasta itu. Dewa itu bernama rating.Ia yang memberi kata putus: Program televisi apa yang mesti diproduksi,diabaikan, bahkan dilenyapkan sama sekali dari layar kaca. Dirilis olehAGB-Nielsen Media Research, rating menunjukkan seberapa besar penonton sebuah tayangan televisi. Kian tinggi rating, kian besar peluang program tersebut kebagian kue iklan yang nilainya ratusan juta hingga miliaran rupiah itu. Rating pun mulai menebar sihirnya. Program stasiun televisi yang ditabalkan AGB-Nielsen memiliki ratingtinggi, mulai ditiru stasiun televisi lainnya. Terjadi duplikasi disana sini. Inilah mengapa pelbagai tayangan yang tampak serupa tumplekdi banyak stasiun televisi nasional—yang jumlahnya ada 11 saat ini. Padahal, dan celakanya,’’Program dengan ratingtinggi belum tentu berkualitas,’’ ujar Agus Sudibyo, deputi direkturYayasan Seni Estetika dan Teknologi (SET). Hal itu dikukuhkan olehhasil riset yang dihelat yayasan SET bekerjasama dengan 16 lembagasepanjang Maret hingga April 2008 lalu. Hasil riset diungkap Rabu pekanlalu (28/5) di Jakarta. Riset, ujar Agus, dilakukan dengan metode Peer Review Assessment,di mana sekelompok orang (220 orang) dengan kapasitas pengetahuanmemadai memberi penilaian kualitatif terhadap 15 acara berating tinggiversi AGB-Nielsen. Hasilnya? Sebagian besar acara be-rating tinggi justru berkualitas ‘jongkok’. Acara-acaraini dinilai tidak memberi model perilaku yang baik, bertabur kekerasandan pornografi, tidak meningkatkan empati sosial, dan tidak ramah anak.(lihat boks). Padahal acara-acara ‘sampah’ ini bertaburan dan kian mensesaki layar kaca—atas nama rating dan demi misi memburu iklan. Inilah jawaban atas pertanyaan Julianto: Mengapa acara televisi kayak limbah B3? Takkeliru bahwa televisi telah memberi pemeringkatan usia. Misalnya ‘D’untuk tayangan konsumsi dewasa, ‘SU’ untuk semua umur, dan ‘BO’ untukbimbingan orang tua. Tapi bagi Santi Indra Astuti, aktivis MediaLiterarcy Bandung, pembatas ini bagaikan pagar ilalang yang mudahditerobos anak-anak. Santi tak percaya itu. Sementara televisi adalahteror subtil yang perlu ditangani serius. Kotakelektronik ini jelas menyumbang saham besar bagi pendangkalannorma-norma di masyarakat. Tren pemakaian rok mini di kalangan remaja,misalnya, muncul setelah diabsahkan lewat media elektronik. Televisijuga berperan dalam mengikis kepekaan masyarakat terhadap banyak hal.“Dahulu anak-anak takut melihat darah. Lantaran sering melihat ditelevisi lantas menjadi biasa, bahkan menjadi hiburan tersendiri,”tutur ibu dua anak ini. Dilayar kaca, lanjut dia, kehidupan seringkali digambarkan penuh konflik.Sekolah adalah tempat menakutkan. Guru digambarkan aneh. Siswa kutubuku dianggap orang aneh. Penggambaran semacam ini berpengaruh kepadapandangan anak-anak terhadap sekolah. ''Anak menjadi sulit membedakanrealitas simbolik dan real,” ungkapnya. Salahsatu jalan keluar adalah membuat anak menjadi lebih kritis terhadaptayangan yang dikonsumsi. Caranya, ujar Santi, adalah dengan membukaruang diskusi dengan anak saat menonton. Atau: Matikan televisi Anda! Agen Perubahan yang Mesti Berubah Agent of changeatau agen perubahan adalah predikat yang kerap ditabalkan kepada mediamassa, termasuk kotak televisi. Sebelum berharap terlampau jauh,bertanyalah: Bagaimana sih kualitas tayangan televisi di negeri ini, secara umum? Pararesponden ini tak memberi acungan jempol. Sebagian besar memberi nilai‘biasa saja’ untuk program-program acara yang berseliweran di kotaktelevisi—sang agen perubahan itu Apa televisi menambah pengetahuan?Biasa saja. Apa meningkatkan empati sosial? Biasa saja. Apameningkatkan daya kritis? Biasa saja. Apa memberi informasi untukpengawasan? Biasa saja. Apa memberi model perilaku yang baik? Biasasaja. Penilaian Kualitas Program Acara Televisi Secara Umum 0,5 persen : sangat baik27,2 persen : baik41,9 persen : biasa saja24,6 persen : buruk4,2 persen : sangat buruk1,6 persen : tidak tahu Hiburan Berbahaya Acarahiburan adalah tayangan yang paling digandrungi anak-anak dan dinilaipaling aman dinikmati si buyung dan si upik. Tetapi riset yang digelaroleh yayasan SET mengungkap paradoks. (lihat angka) 80,1 persenresponden menyatakan bahwa tayangan hiburan di televisi justru tidak ramah anak alias berbahaya jika ditonton oleh anak-anak. 68,6 persenresponden menyatakan tayangan hiburan di televisi buruk dan sangatburuk dalam memberi model perilaku yang baik kepada pemirsanya. 50,8 persenresponden menyatakan bahwa program hiburan di televisi amat buruk/burukdalam meningkatkan empati sosial, yakni memberi kesadaran untuk peduliterhadap orang lain. 70,7 persen responden menyebut program hiburan di televisi menunjukkan kualitas buruk dalam mengangkat tema yang relevan dalam kehidupan masyarakat. (mg13/mg14/mg20/vie/nri/imy )-