Rabu, 26 Agustus 2009

Manajemen Ramadhan Rasulullah

Manajemen Ramadhan Rasulullah
Selasa, 25/08/2009 13:15 WIB



Agar Ramadhan menjadi bulan rahmat, ampunan dan keselamatan dari neraka maka momentum yang penuh berkah ini perlu dijadikan sebagai momentum Training Manajemen Syahwat, dan sekaligus menjadi Training Manajemen Ibadah.
Agar Ramadhan menjadi bulan rahmat, ampunan dan keselamatan dari neraka maka momentum yang penuh berkah ini perlu dijadikan sebagai momentum Training Manajemen Syahwat, dan sekaligus menjadi Training Manajemen Ibadah. Inilah yang dilakukan Rasul Saw. Sebab itu, kita perlu menelusuri bagaimana Rasulullah Saw dan generasi Islam pertama, generasi terbaik umat ini, menjalankan manajemen Ramadhan.
Untuk mendapatkan gambaran utuh dari manajamen Ramadhan Rasul Saw. ada empat situasi yang perlu kita perhatikan. Pertama, sebelum memasuki Ramadhan. Kedua, saat memasuki Ramadhan. Ketiga, setelah memasuki Ramadhan. Keempat, ketika memasuki 10 hari terakhir.
Pertama, sebelum memasuki Ramadhan
Para Sahabat dan generasi setelah mereka (Tabi’in) selalu merindukan kedatangan Ramadhan. Mereka selalu berdoa agar diberi Allah kesempatan menemui Ramadhan sejak enam bulan sebelum Ramadhan tiba. Imam Malik, misalnya, sering minta izin pada Sahabatnya setelah pengajian untuk mempelajari bagaimana Sahabat memenej kehidupan ini, termasuk hal-hal yang terkait dengan Ramadhan mereka. Kendati Beliau tidak hidup bersama para Sahabat, namun Beliau mampu meneladani mereka melalui sejarah hidup mereka.
Ma’la Bin Fadhal berkata : Dulu Sahabat Rasul Saw. berdoa kepada Allah sejak enam bulan sebelum masuk Ramadhan agar Allah sampaikan umur mereka ke bulan yang penuh berkah itu. Kemudian selama enam bulan sejak Ramadhan berlalu, mereka berdoa agar Allah terima semua amal ibadah mereka di bulan itu. Di antara doa mereka ialah : Yaa Allah, sampaikan aku ke Ramadhan dalam keadaan selamat. Yaa Allah, selamatkan aku saat Ramadhan dan selamatkan amal ibadahku di dalamnya sehingga menjadi amal yang diterima.
Dari sikap dan doa yang mereka lakukan, jelas bagi kita bahwa para Sahabat dan generasi setelahnya sangat merindukan kedatangan Ramadhan. Mereka sangat berharap dapat menjumpai Ramadhan agar mereka meraih semua janji dan tawaran Allah dan Rasul-Nya dengan berbagai keistimewaan yang tidak terdapat di bulan-bulan lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa para Sahabat dan generasi setelahnya memahami dan yakin betul akan keistimewaan dan janji Allah dan Rasul-Nya yang amat luar biasa seperti rahmah (kasih sayang), maghfirah (ampunan) dan keselamatan dari api neraka. Inilah yang diungkapkan Imam Nawawi : Celakalah kaum Ramadhaniyyin. Mereka tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan. Sungguh Rasulullah, Sahabat dan generasi setelahnya mengenal Allah sejak jauh-jauh hari sebelum Ramadhan dan di bulan Ramadhan pengenalan kepada Allah lebih mereka tingkatkan.
Kedua, saat memasuki Ramadhan
Saat hilal muncul di ufuk pertanda Ramadhan tiba, Rasul dan para Sahabat melihat dan menyambutnya dengan suka cita sambil membacakan doa seperti yang diceritakan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dalam hadits berikut :عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ :« اللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَمِ وَالتَّوْفِيقِ لِمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى ، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ Dari Ibnu Umar dia berkata : Bila Rasul Saw. melihat hilal (anak bulan) dia berkata : Allah Maha Besar. Ya Allah, jadikanlah hilal ini bagi kami membawa keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman dan taufik kepada yang dicintaii Robb kami dan diridhai-Nya. Robbb kami dan Robbmu (hilal) adalah Allah. (HR. Addaromi).
Itulah contoh nyata dari Rasul Saw. dan para Sahabat ketika meyambut kedatangan Ramadhan. Bukan dengan hiruk pikuk pawai di jalanan sambil keliling kota memukul beduk dan sebagainya. Tidak pula dengan pesta petasan yang jelas-jelas menimbulkan keributan dan mubazir. Bukan pula dengan ajang promosi produk dan dan iklan diri agar dikenal dan dipilih masyarakat untuk jadi pejabat. Namun, keyakinan, pikiran, perasaan, kerinduan dan hati mereka tertuju hanya pada kebesaran Ramadhan yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Dengan harapan, jika amal ibadah Ramadhan dijalankan dengan ikhlas dan khusyu’, mereka akan meraih rahmat, ampunan dan terbebas dari api neraka. Ketiga nikmat itu tidak akan ternilai harganya bagi mereka kendati dengan dunia dan seisinya.
Ketiga, setelah memasuki Ramadhan
Apa yang dilakukan Rasul dan para Sahabat setelah memasuki Ramadhan? Setelah memasuki bulan Ramadhan, sejak hari pertama dan sampai hari terakhir, Rasulullah dan para Sahabat meningkatkan kemampuan menahan diri dari berbagai syahwat, seperti syahwat telinga, syahwat mata, syahwat lidah, syahwat perut (makan dan minum), syahwat kemaluan, syahwat cinta dunia, syahwat kesombongan dan berbagai syahwat yang memalingkan mereka dari mengingat dan cinta pada Allah serta akhirat. Latihan mengendalikan dan menundukkan berbagai syahwat ini dilakukan sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari. Inilah inti shaum (puasa) Ramadhan yang diwajibkan Allah.
Apakah setelah sepanjang hari bergulat dengan dorongan-dorongan berbagai syahwat tersebut di malamnya digunakan untuk istirahat, makan, minum dan sebagainya? Ternyata tidak. Di malam harinya Rasulullah dan para Sahabat memanfaatkannya untuk qiyam (berdiri beramal ibadah) seperti shalat taraweh, berzikir, membaca dan tadabbur Al-Qur’an dan berbagai ibadah lainnya. Artinya, selama Ramadhan, Rasul dan para Sahabat benar-benar menfokuskan diri bertaqorrub kepada Allah melalu training manajemen syahwat dan sekaligus training manajemen ibadah. Dua hal inilah yang harus dimiliki oleh setiap hamba yang ingin mendapat ridha Allah di dunia dan bertemu dengan-Nya di syurga.
Aisyah meriwayatkan : Rasulullah adalah orang yang paling dermawan. Di bulan Ramadhan Beliau lebih dermawan lagi ketika bertemu Jibril. Jibril menemui Beliau setiap malam Ramadhan untuk mengajarkan (mudarosah) Al-Qur’an. Sebab itu, kederwawanan Rasul Saw. di bulan Ramadhan lebih kencang dan lebih merata dari angin. (HR. Bukhari).
Inilah contoh nyata dari Rasul Saw. dan para Sahabat ketika mereka memasuki bulan Ramadhan. Hampir tak satupun syahwat yang tidak dapat mereka tundukkkan dan kendalikan dan tak satupun kebaikan dan amal sholeh yang mereka tinggalkan. Ramadhan benar-benar menjadi sistem penyeimbang dalam hidup ini sehingga mereka berhasil terbebas dari pengaruh syahwat karena merekalah yang mengendalikannya. Pada waktu yang sama, mereka berhasil meningkatkan kualitas diri dengan berbagai amal ibadah yang mereka lakukan dalam rangka taqorrub ilallah. Dengan demikian tercapai janji Rasul Saw. Siapa yang shaum (puasa) di bulan Ramadhan dan dia mengetahui aturan mainnya (batas-batasnya), dia menjaga apa yang seharusnya dijaga maka akan dihapus dosa-dosa sebelumnya. (HR. Ahmad dan Baihaqi).
Keempat, ketika memasuki 10 hari terakhir Ramadhan
Jika kita teliti prilaku hidup Rasul Saw. dan para Sahabat di bulan Ramadhan, kita menemukan berbagai keajaiban. Di antaranya ialah, saat memasuki 10 hari terakhir Ramadhan. Apa yang mereka lakukan sangat kontras dengan apa yang terjadi di negeri ini. 10 Hari terakhir Ramadhan mereka habiskan di masjid, bukan di pasar, tempat kerja, di pabrik, kunjungan daerah dan sebagainya.
Menurut presepsi dan prilaku kebanyakan masyarakat Muslim Indonesia, 10 terakhir Ramadhan itu adalah kesempatan berbelanja untuk mempersiapkan keperluan lebaran dan pulang kampung, kendati mengakibatkan harga-harga semua barang naik dan membubung. Anehnya, mereka ikhlas dan tetap semangat berbelanja. Sebab itu, mereka meninggalkan masjid-masjid di malam hari dan tumpah ruah ke tempat-tempat perbelanjaan sejak dari yang tradisional sampai ke mal-mal moderen.
Lalu apa yang terjadi? Berbagai syahwat cinta dunia tidak berhasil dikendalikan, dan bahkan cenderung dimanjakan di bulan yang seharusnya dikendalikan. Pada waktu yang sama, semangat beramal ibadahpun tidak terbangun dengan baik sehingga kehilangan banyak momentum dan keistimewaan yang dijanjikan Allah dan Rasulnya. Coba bayangkan, terhadap janji Allah yang bernama Lailatul Qadr yang nilainya lebih baik dari 1.000 bulan saja belum tertarik? Jika tertarik, tentu mereka mengejarnya di masjid pada 10 hari terakhir Ramadhan dengan cara beri’tikaf di dalamnya secara penuh seperti yang dicontohkan Rasul Saw. Ini yang terjadi pada salah seorang teman ketika ditanya kenapa gak jadi i’tikaf? Dia katakan : saya sedang sibuk-sibuknya sosialisasi ke daerah. Lalu saya katakana : Mana yang lebih mahal menurut Rasulullah, i’tikaf di masjid 10 hari terakhir Ramadhan atau sosialiasi pencalegan Anda? Kemudian Anda bisa jamin umur Anda akan sampai pada 10 terakhir Ramadhan yang akan datang? Sungguh terkadang kita berlagak seakan lebih pintar, lebih hebat dan lebih sibuk berjuang dari Rasul Saw.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari, Abu Daud dan Ibnu Majah bahwa Rasul Saw. beri’tikaf 10 hari terakhir Ramadhan. Pada tahun terakhir berjumpa Ramadhan, Beliau i’tikaf selama 20 hari. Kebiasaan I’tikaf ini diteruskan oleh para Sahabat dan istri-istrinya setelah peninggalan Beliau.
Inilah prilaku yang dibangun Rasul Saw. saat memasuki 10 hari terakhri Ramadhan dan diteruskan oleh para Sahabat dan istri-istrinya sepeninggalan Beliau.
Pertanyaannya adalah : Bukankah Rasulullah orang yang paling sibuk berdakwah dan mengurusi umatnya? Bukankah para Sahabat orang yang paling giat berdakwah dan berjihad di jalan Allah? Lalu, kenapa mereka bisa melaksanakan i’tikaf di 10 terakhir Ramadhan? Jawabanya ialah : itulah jalan yang harus ditempuh sebagai bagian dari sistem Allah yang menyampaikan hamba-Nya ke tingkat taqwa, tak terkecuali Rasulullah dan para Sahabatnya. Lalu bagaimana dengan kita? Sudah pasti jalannya sama jika menginginkan sampai ke pringkat yang sama (taqwa).

Kamis, 20 Agustus 2009

Marhaban Ya Ramadhan 1429 H

Diposting oleh Admin

Marhaban Ya Ramadhan 1429 H

Ucapan selamat Ramadhan kiriman dari Alumni untuk Alumni:
1. Kiriman dari Heri Susanto
Perkataan indah adalaha "ALLAH". Lagu merdu adalah "ADZAN". Media terbaik adalah "AL-QUR'AN". Senam sehat adalah "SHOLAT". Diet sempurna adalah "PUASA". Kebersihan menyegarkan adalah "WUDLU". Perjalanan indah adalah "HAJI". Khayalan yang baik adalah ingat akan "DOSA DAN TAUBAT". Selamat menunaikan ibadah puasa dan maaf lahir dan bathin. Heri n Klrg.

2. Kiriman dari Mujionio
Aslm, Andai ada lisan tak terjaga, janji yang terabaikan, sikap yang melukai hati. Sebelum cahaya padam, sebelum hidup berakhir, sebelum maut menjemput dan sebelum Ramadhan tiba, semoga pintu maaf masih terbuka. Kami sekeluarga mohon maaf lahir bathin. Marhaban ya Ramadhan, selamat menjalankan ibadah puasa semoga kita termasuk orang-orang yang bertaqwa kepada Allah dan dijauhkan dari naar......amien. Wslm (Keluarga Pak Jio)

3. Kiriman dari Yosep Rantono
Subhanallah walhamdulillah fi rojab wasya'bana wabalighna ya marhaban ya Ramadhan. Selamat menyambut bulan suci Ramadhan, mohon maaf atas ungkapan kata. sikap, perbuatan dan tingkah laku yang kurang berkenan dihati. Barang siapa suka datangnya bulan suci Ramadhan, jasad kita diharamkan tersentuh api neraka dan semoga kita mendapat jannatun naim, Amin. (Yosep&Keluarga)

4. Kiriman dari Ani Wahyu Indarasati
Sesejuk air wudhu, sesuci Al-Qur'an, seindah alunan dzikir, setulus hati untuk jalinan kebersamaan dan semoga tali silaturrahmi selalu ada diantara kita "Selamat menunaikan ibadah puasa romadhan dan mohon maaf lahir dan bathin. (Ani & Keluarga)

5. Kiriman dari Yani Santoso
Mari sucikan hati, tak ada benci tak ada dengki, hanya satu sujud pada ILAHI. Mohon maaf lahir bathin. Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan. (Yani & Keluarga)

6. Kiriman dari Matekur
Taqobbalallahu minna waminkum,
syiyamana wasyiyamikum,
Marhaban ya Ramadhan,
Mohon maaf lahir bathin atas
segala kesalahan
Selamat menunaikan ibadah puasa 1429 H,
semoga ibadah kita senantiasa diterima
oleh Allah SWT, amin ya robbal alamin.

7.Kiriman dari Yani Santoso
Menyambut datangnya bulan ramadhan, Yani sekeluarga mengucapkan dodolan es nggawe banyu klopo, lewat SMS aku njaluk sepuro

9. Ada 13 alasan kita merindukan Ramadhan yaitu (1.Gelar taqwa; 2.Bulan pengampunan; 3.Pahala dilipatgandakan; 4.Pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup; 5.Ibadah istimewa; 6.Turunnya lailatul qodar; 7.Meningkatkan kesehatan; 8.Penuh harapan; 9. Masuk surga melalui pintu khusus (royyan); 10.Mimum air telaganya Rosulullah SAW; 11.Berkumpul dengan sanak keluarga; 12.Qoulan tsaqiilaa; 13.Hartanya tersucikan.)

10.Doa Malaikat Jibril menjelang Ramadhan "Ya Allah tolong abaikan Puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut: * Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada); * Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami isteri; * Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya. Maka Rasulullahpun mengatakan Amiin sebanyak 3 kali. Dapatkah kita bayangkan, yang berdoa adalah Malaikat dan yang mengamiinkan adalah Rasullullah dan para sahabat, dan dilakukan pada hari Jumaat. Oleh itu perkenankan saya memohon maaf jika saya ada berbuat kesalahan, baik yang tidak disengaja maupun yang disengaja, semoga kita dapat menjalani ibadah puasa dengan baik, diampuni dosa-dosa dan diterima amal ibadah amin...

11.Agar kita tetap bugar saat puasa; usahakan sahur dengan makanan yang mengandung karbohidrat dan protein, hindari olah raga yang memeras keringat, jangan banyak tidur, pakai pakaian hangat di ruang ber-AC, sesuaikan kegiatan dengan kondisi tubuh, bila berbuka jangan minum es, karena es dapat menahan lapar sehingga makanan lain yang bergizi tidak minat akibatnya mengurangi asupan gizi ke dalam tubuh, kalau bisa diawali dengan kurma + air putih. Jangan lupa makan makanan berserat dan jangan makan telalu banyak pada saat buka, jangan balas dendam. Bila sakit segera pergi ke dokter jangan pergi ke dukun.